10

4.7K 507 49
                                    

Navisya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dirinya sangat lelah, ia juga harus menetralkan detak jantung nya yang sedari tadi berpacu sangat cepat. Jika begitu terus, maka kesehatan jantung nya yang akan terancam memburuk.

Mengingat lamaran tadi, Navisya merasa kagum pada Arka. Kegigihan Arka untuk menikahi dirinya, membuat jantung Navisya berdetak tak karuan.

Sepertinya, Arka adalah laki-laki terbaik yang diberikan Allah kepada Navisya, atas segala usaha dirinya yang selalu bersabar dan terus memperbaiki diri.

Navisya yakin, Allah selalu punya skenario terindah untuk hamba-Nya. Ia hanya perlu bersabar dan ikhlas dalam menanti. Bersyukur atas semua kebaikan dan ujian yang Allah berikan pada dirinya. Ia juga hanya perlu menjadi hamba-Nya yang taat. Dengan begitu, Allah pasti akan memberikan seseorang yang baik untuk dirinya.

Setelah itu, sebuah nada dering telepon berbunyi kencang, membuat lamunan Navisya buyar seketika. Ia menoleh, menatap gawainya yang berada di atas nakas. Ada sebuah panggilan masuk dari seseorang, ia pun segera mengambilnya.

Navisya mengkerutkan kening nya, terlihat sebuah nomor tidak dikenal yang menelepon nya. Ia tidak tahu siapa itu,karena sepertinya penting, Navisya segera mengangkatnya.

"Assalamualaikum, halo. Dengan siapa ya?" tanya nya. Bukan nya menjawab, seseorang di seberang telepon sana malah tertawa.

"Halo, ini siapa ya? Jika tidak penting akan saya tutup." lanjutnya.

"Ehh, jangan dulu Sya. Saya Adnan, senior kamu." jawab Adnan. Navisya terkejut mendengar itu, ia segera meminta maaf pada Adnan. Beruntung nya Adnan memaafkan dirinya, Navisya pun bernafas lega.

"Sya, bisa ketemu sebentar gak? Ada yang mau saya omongin secara langsung sama kamu. Kalau di telpon kayanya gak pantes." pinta Adnan, Navisya segera melihat ke jam tangan nya, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Ayah nya pasti tidak akan mengizinkan hal itu.

"Maaf kak, tapi sudah malam, apa gak bisa tunggu besok?" tawar Navisya, terdengar Adnan menghembuskan nafasnya.

"Sebentar aja kok Sya, saya akan tunggu di taman."

"Ta-tapi ka—"

TUT TUT TUT

Panggilan terputus, ia mengusap wajahnya. Navisya sangat bingung saat ini. Jika ia tidak datang, ia akan membuat Adnan menunggu dan mungkin kecewa padanya. Tapi disatu sisi, ia sangat takut untuk meminta izin kepada ayahnya. Bisa-bisa ia diserang oleh beribu-ribu pertanyaan, dan yang pasti tidak akan diizinkan.

Satu-satunya cara agar diizinkan adalah, ia harus mengajak Aidan pergi bersamanya. Mungkin jika ia mengajak Aidan, ayahnya akan mengizinkan.

Navisya segera bersiap dan melangkahkan kakinya menuju kamar Aidan, baru saja dirinya membuka pintu kamar, Aidan sudah berada di depan pintu.

"Dan, ikut kakak yuk." ajak Navisya, Aidan mengkerutkan kening nya. Ia terheran, mau kemana kakaknya malam-malam begini?

"Kemana?"

"Ketemu temen, sebentar doang kok. Mau ya?" pinta Navisya, Aidan terdiam sejenak kemudian mengangguk.

Setelah itu, Navisya segera menarik tangan Aidan menuju ayahnya. Ia meminta izin kepada Hendra secara baik-baik dan jujur, Hendra pun mengizinkan asal dirinya ditemani dengan Aidan. Navisya mengucap syukur akan hal itu. Mereka berdua pun segera menuju taman dengan menggunakan motor Matic nya.

Karena jarak taman dengan rumah nya dekat, tak butuh waktu lama untuk mereka sampai di taman itu. Navisya segera turun dari motornya lalu menghadap pada Aidan.

ARKASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang