34

2K 244 30
                                    

Dengan tangan yang bergerak lihai untuk mengolah makanan, Navisya kini telah usai menghidangkan sebuah Ayam sambal rica-rica yang telah ia Platting dengan cantik didalam sebuah kotak makan. Ia tersenyum seorang diri sambil menatap betapa cantiknya makanan yang telah ia buat ini.

"Alhamdulillah selesai juga, sekarang tinggal ganti baju buat antar ini ke kantor." dengan cepat, Navisya bergegas menuju kamar untuk mengganti pakaiannya, senyum indah yang menjadi candu Arka itu pun terus terukir di bibir Navisya.

Hari ini Navisya berencana untuk memberikan sebuah bekal untuk makan siang suaminya nanti, sekaligus menemani waktu istirahat Arka. Namun, dibalik itu, Arka tidak tahu-menahu dengan rencana Navisya kali ini. Jadi, Navisya begitu Excited untuk melihat wajah terkejut Arka nanti.

Dengan langkah pelan serta penuh kehati-hatian, Navisya berjalan menuju halte untuk menunggu bus. Sebenarnya bisa saja ia naik ojek online agar bisa sampai lebih cepat, tapi rasanya hormon kehamilannya ini lebih memilih untuk menaiki kendaraan umum, karena ia ingin melihat keindahan kota sambil berbaur dengan banyak orang di sekitar nya.

Sampai di halte, Navisya segera mendudukkan dirinya di sebuah bangku. Tak lupa, satu tangan perempuan itu mengelus lembut perut dirinya yang sudah menginjak usia 4 bulan. Usia dimana sang cabang bayi telah diberi nyawa atau ruh oleh Sang Maha Kuasa.

Pikiran Navisya melayang pada sebuah bayangan yang akan ia lakukan dengan suaminya nanti. Mulai dari melihat wajah terkejut Arka, makan bersama, hingga melakukan hal lain sampai akhirnya waktu istirahat habis. Hanya dengan membayangkannya saja sudah membuat Navisya menjadi bahagia, apalagi sampai benar-benar berjalan sesuai dengan ekspetasinya.

Hari ini adalah kali pertama Navisya datang ke kantor untuk memberi Arka makan siang. Jadi dibalik rasa bahagia Navisya, ada rasa gugup yang hampir menguasai pikiran dirinya. Selama perjalanan Navisya berusaha menenangkan hati serta pikirannya dengan menggenggam kuat tali Paper Bag yang ia bawa, dan itu ia lakukan sejak pertama kali ia masuk kedalam bus, karena disaat itulah perasaan gugupnya muncul.

Lalu lintas kota yang selalu ramai oleh kendaraan yang melintas, kini terasa sepi,tidak sepadat dan seramai biasanya, bisa dibilang cukup lenggang sehingga bus bisa dengan cepat sampai di tujuan.

Navisya bangkit dari tempat duduknya dan segera beranjak turun ketika bus telah berhenti disebuah halte, berbarengan dengan penumpang yang lain. Setelah turun, Navisya mengecek gawainya, ada sebuah notifikasi pesan dari Arka.

Mas Arka

Sudah jam istirahat, sekarang Mas lagi jalan mau ke cafeteria sama yang lain. Kamu jangan lupa untuk istirahat juga, jangan sampai terlalu lelah. Oh iya, tolong sampaikan salam Mas sama Azam, ya.


Navisya tersenyum melihat pesan singkat itu. Akhir-akhir ini suaminya memang selalu memberi tahu segala aktivitas dirinya melalui pesan teks, tak hanya pesan, terkadang Arka juga menelepon Navisya untuk sekadar memberi tahu apa yang sedang ia lakukan sekarang.

"Biar Mas Arka sendiri yang langsung memberi salam pada Azam." Navisya mengelus perut dirinya, lalu melanjutkan langkah menuju kantor Arka yang tinggal berjarak beberapa meter saja dari halte bus.

Langkah demi langkah Navisya tujukan demi menemui sang pendamping hidup yang saat ini tengah beristirahat dari lelahnya pekerjaan. Dengan sedikit nafas yang terengah-engah akibat langkah yang ia percepat, akhirnya Navisya tiba di depan pintu Cafeteria tersebut.

Jantung Navisya berpacu lebih cepat dari biasanya, tentu bukan karena rasa lelah yang ia rasakan, tapi pergerakan itu berasal dari Euphoria Navisya saat ini.

ARKASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang