42

2.1K 196 16
                                    

Dunia itu berputar, yang sedih tak selamanya sedih, dan yang dibawah tak mungkin selalu di bawah. Begitulah takdir bekerja. Allah telah mengatur semuanya dengan baik, Dia tidak akan membiarkan hamba-Nya berada dalam kesulitan, justru malah mempermudah. Kalaupun Allah memberi ujian atau cobaan, Allah hanya memberikan ujian sesuai dengan batas kemampuan para hamba-Nya, tidak lebih. Dan baiknya, Allah menambah derajat kita setelah diberi ujian tersebut.

Di atas bangku kayu yang terlihat lumayan tua, Arka duduk seorang diri sambil termenung memikirkan apa yang tadi siang ia dengar dari seorang pria yang mengaku kalau dirinya adalah sang Kakek.

Teras rumah Navisya adalah tempat kedua yang ia pakai untuk menyendiri setelah balkon kamar. Sama-sama nyaman dan mendukung untuk menghabiskan waktu sendiri sambil memikirkan hal-hal yang telah memenuhi isi kepalanya.

Daun-daun dan tanaman yang bergoyang terhembus angin seolah-olah menghipnotis Arka untuk kembali pada siang tadi. Saat dirinya diberi tahu sesuatu mengejutkan dari Kakek Athaya.

Situasi yang sedari tadi panas dan membingungkan itu kini perlahan berubah menjadi hangat. Pria paruh baya dengan nama Athaya Mahardika Abrisam telah berhasil menenangkan semua orang yang berada disana, terutama Arka yang sebelumnya terbakar api kemarahan.

Saat ini, di atas sofa yang terletak di ruang tamu itu Arka terduduk manis sambil berusaha mencerna apa yang telah Athaya katakan.

"Kakek minta maaf sama kamu, Ka. Hmm... Bukan kamu aja, tapi terhadap semua cucu Kakek." pandangan Athaya kini beralih pada Ali, lalu kembali pada Arka.

"Kakek membuang dua jagoan Kakek demi gengsi yang cukup tinggi."

"Gengsi? Maksud Kakek?" tanya Ali menyahuti, ia tak mengerti dengan apa yang ia dengar barusan.

Athaya menghela nafas, ia mengepalkan kedua tangannya.

"Ceritanya panjang. Kakek rasa yang berhak memberi tahu kalian tentang masalah ini adalah orang tua kalian masing-masing, bukan Kakek. Tapi dengan begitu, Kakek akan cerita sedikit sama kalian tentang kejadian saat itu, dimana keluarga Abrisam dilanda keributan karena anak bungsu Kakek," Athaya menoleh pada Arka, "Papah Arka."

Arka yang sedari tadi mendengarkan sambil menatap kebawah, kini mulai mendongak menatap Athaya. Ada apa dengan Papahnya dimasa lampau?

"Om Reksa?" ulang Ali memastikan. Athaya mengangguk.

"Saat itu Kakek terikat perjanjian oleh teman Kakek yang lumayan berjasa bagi keluarga Abrisam, dia dokter yang sudah membantu proses melahirkan Reksa ditengah kritisnya Nenek kalian."

"Sebuah kecelakaan hebat membuat Nenek yang tengah mengandung Reksa harus melakukan proses persalinan walau belum masuk waktu bersalin. Saat itu teman Kakek yang memimpin proses bersalin serta operasi pada Nenek kalian. Namun sebelum melakukan persalinan dan operasi, Kakek sempat memohon sama dia untuk menyelamatkan dua nyawa yang sangat berharga bagi Kakek. Secara gak sadar, Kakek bilang sama dia kalau Kakek akan melakukan apapun sama dia untuk dapat menyelamatkan Reksa dan Nenek, dan akhirnya terucaplah janji perjodohan."

Athaya mengakhiri ceritanya, ia menatap pada dua cucunya yang tengah serius mendengarkan.

"Kakek rasa dari situ kalian sudah bisa menyimpulkan kenapa alesan Kakek bohong sama kalian, dan Arka yang gak memakai nama Abrisam." Athaya menghela nafas, lega rasanya. Segala sesuatu yang telah lama ingin ia katakan akhirnya tersampaikan juga. Walau masih terselip rasa gengsi didalam hati tapi Athaya berusaha melawan itu. Gengsi tidak akan bisa memperbaiki semua hal, rasa itu hanya akan menjebak diri dalam kesulitan dan kesepian yang benar-benar menyeramkan. Athaya tak mau hal tersebut terjadi padanya terlalu lama, maka dari itu ia melakukan hal ini.

ARKASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang