30

3.3K 295 42
                                    

"Terkadang, kita harus bisa mengalah demi memperbaiki hubungan yang telah rusak. Mengalah adalah solusi terbaik ketika kita sudah lelah dan gak mau menghabiskan waktu lagi untuk berdebat."

Arkano Junaedi Pratama.

-

-

-

Atmosfer disekitar Afiqah kini berubah menjadi dingin. Aneh rasanya, padahal sedari tadi ia tidak merasakan perasaan seperti ini. Tapi setelah Adnan datang, semuanya berubah.

"Kak Fiqah, aku sama Mas Arka izin pamit, ya? Maaf karena ganggu waktunya. Assalamualaikum." ucap Navisya dan langsung menarik Arka keluar dari tempat itu. Untuk mencegah terjadinya perselisihan antara dua kaum Adam tersebut, lebih baik ia memutuskan untuk pergi dan menghindar.

"Waalaikumsalam. E—eh Sya, kok malah pam—" Afiqah menghentikan ucapannya saat melihat Navisya sudah keluar dari restorant. Sementara Adnan, ia masih mengekori kedua pasangan tersebut melalui pandangan matanya.

Arka menghentikan langkahnya, membuat Navisya juga ikut berhenti.

"Kenapa keluar? Gak jadi makan?" tanya Arka, Navisya menghela nafas.

"Daripada timbul keributan seperti waktu itu, lebih baik aku gak jadi makan." katanya, Arka tersenyum.

"Gak akan ada keributan kalau tidak ada yang memulai. Lagipula Mas juga sebenarnya tadi ingin minta maaf sama Adnan, tapi kamu malah narik tangan Mas untuk keluar." Navisya mengkerutkan keningnya mendengar itu, ia rasa suaminya ini tidak memiliki salah pada Adnan.

"Minta maaf untuk apa?" tanyanya.

"Minta maaf karena Mas udah merebut kamu dari dia."

Navisya menatap Arka heran, "Yang lebih dulu berjuang dan mencintai aku itu Mas, dan kata 'Merebut' itu seharusnya gak ada di Mas juga. Jadi, kenapa minta maaf?" ujarnya, kini Arka memegang kedua bahu Navisya.

"Terkadang, kita harus bisa mengalah demi memperbaiki hubungan yang telah rusak. Mengalah adalah solusi terbaik ketika kita sudah lelah dan gak mau menghabiskan waktu lagi untuk berdebat." Arka menjeda ucapannya sejenak, "Mas gak mau hubungan Mas dan Adnan selalu bersitegang setiap ketemu. Jadi Mas pikir, itu adalah cara terbaik untuk memperbaiki semuanya supaya tali silaturahmi nggak terputus." Arka tersenyum diakhir ucapannya, Navisya terdiam. Harus berapa kali ia mengucap syukur karena bisa memiliki Arka sebagai suaminya? Arka memang benar-benar yang terbaik dari segala yang baik didunia ini.

Kedua tangan Arka kini beralih pada kedua pipi Navisya, ia mengelus lembut pipi itu.

"Yaudah, sekarang kamu mau kemana? Mas turutin." tanya Arka, Navisya menggeleng.

"Aku yang akan ikutin kemauan Mas, jadi sekarang Mas mau kemana?" tanya balik Navisya, Arka mencolek hidung Navisya.

"Benar terserah, Mas? Gak akan ada drama lagi?" Navisya menautkan kedua alisnya.

"Siapa yang drama?"

"Kamu."

"Kapan?"

"Tadi, sebelum ke restorant."

Mendengar ucapan itu Navisya langsung mencubit perut Arka. "Aku gak drama, tadi itu bawaan bayi."

Arka meringis lalu kemudian tertawa kecil, namun rasa sakit akibat cubitan istrinya itu masih terasa diperutnya. Benar-benar sangat perih.

"Yaudah, sekarang ayo ikutin Mas. Kita ke suatu tempat." ucapnya, Arka menggandeng tangan Navisya dan berjalan menuju tempat yang akan membuka kenangan masa lalunya dengan Navisya.

ARKASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang