Jam mata kuliah terakhir telah berakhir,Navisya membereskan segala bukunya kedalam tas. Hari ini, suasana hatinya tak seburuk kemarin. Semua mahasiswa yang berada di fakultas ini banyak yang menghampirinya untuk sekedar memberi selamat dan berkenalan dengan nya. Namun, tak banyak juga dari mereka yang memandang buruk Navisya. Terutama sekelompok perempuan yang menemuinya kemarin.
Navisya tidak memperdulikan pandangan buruk itu. Karena masing-masing dari mereka punya sudut pandang yang berbeda satu sama lain, jadi ia tidak bisa menyuruh mereka untuk selalu berpandangan positif kepadanya.
Salsa yang sudah selesai bersiap langsung menghampiri meja Navisya.
"Sya, ayo!" ajak Salsa, Navisya mengangguk dan bangkit dari duduk nya sambil memakai tas. Setelah itu, mereka pun berjalan keluar dari fakultasnya.
"Sya, tau gak?" tanya Salsa, Navisya menggeleng.
"Nama lo sekarang jadi perbincangan diseluruh fakultas. Dan, yang paling gokil, banyak banget dari mereka yang ngedukung lo. Mereka bilang lo cantik dan pantes buat Arka." jelas Salsa sambil menggandeng tangan Navisya. Navisya hanya tersenyum mendengar itu, ia juga banyak mendengar perkataan seperti itu dari teman sekelasnya.
"Enak ya kalo punya muka Goodlooking, disukain semua orang. Sedangkan gue, cuma kentang yang hobinya rebahan dikasur." lanjut Salsa, Navisya segera menoleh.
"Heh, gak boleh gitu ngomong nya. Setiap perempuan itu cantik, gak ada yang jelek. Dan, kita itu punya standarisasi cantik masing-masing. Cantik itu gak bisa di nilai dari wajah aja, tapi dari hati dan akhlak juga. Kita akan terlihat cantik dimata orang yang tepat, suatu saat kamu juga pasti akan nemuin orang itu." Navisya mengambil nafas sejenak.
"Jadi, sekarang kamu hanya harus banyak bersabar dan terus berusaha untuk memperbaiki diri. Allah pasti akan memberi kamu laki-laki yang baik dan dapat menjadi imam yang bisa membawa kamu masuk kedalam Jannah-Nya."
Salsa tersenyum mendengar itu. Ia sangat bersyukur bisa berteman baik dengan Navisya, disetiap ia mengeluh tentang kehidupan nya, Navisya pasti selalu memberinya masukan yang membuat dirinya kembali bersemangat.
Salsa mengangkat tangan nya untuk memberi hormat.
"Siap, nyonya Pratama. Saya akan melakukan perintah nyonya." ucapnya dengan nada yang formal. Navisya terkekeh kemudian menepuk pelan bahu Salsa.
Tak lama mereka berjalan, kini mereka telah tiba di gerbang kampus. Terdapat seorang laki-laki yang tengah bersandar di motornya, sambil melipat kedua tangan nya di dada. Salsa yang melihat itu langsung menoleh pada Navisya.
"Udah dijemput tuh sama suami." ucap Salsa memberi tahu, Navisya mengkerutkan keningnya.
"Hah? Aku gak di jem-"
"Tuh, liat." tunjuk Salsa, mata Navisya segera mengikuti kemana tangan Salsa menunjuk. Matanya membulat melihat Arka, ia tak percaya melihat Arka yang saat ini sedang menunggunya.
"Karna lo udah dijemput, gue duluan ya. Dadah, selamat berduaan." pamit Salsa sambil berlari meninggalkan Navisya.
Navisya terdiam sejenak, kemudian ia melangkahkan kakinya menghampiri Arka. Pikiran nya bertanya-tanya, kenapa Arka bisa ada disini? Bukannya ia harus bekerja?
"Mas, kenapa disini?" tanya Navisya ragu, takutnya Arka berada disini bukan untuk menjemputnya melainkan hal yang lain. Arka tersenyum.
"Jemput istri saya. Mbak nya lihat istri saya gak? Istri saya mukanya paling cantik di kampus, namanya Navisya. kira-kira mbak lihat gak?" tanya Arka, Navisya mengkerutkan kening nya mendengar itu. Ia tak mengerti apa yang dimaksud Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKASYA
RomanceROMANCE-ISLAMI ON GOING AWAS BAPER⚠ "Yang namanya usaha, pasti tidak akan mengkhianati hasil." Kata-kata itu terus terulang dikepala Arka, membuat dirinya semakin bersemangat untuk menggapai cinta seorang perempuan yang telah lama ia impikan. Segala...