9

4K 503 71
                                    

Jodoh udah ada yang ngatur, jadi gak usah takut. Sambil menunggu hal itu terjadi, kita harus bisa bersabar dan terus memperbaiki diri.

Aqila Salsabila.

-

-

-

Sejak kepulangan Arka sehabis mengantarnya tadi, sampai saat ini, jantung Navisya tak bisa berhenti berdetak cepat. Ini sangat aneh menurutnya, bukan karena takut untuk dilamar. Tapi, rasanya ada sebuah perasaan yang membuat dirinya seakan-akan merasa bahagia. Entah perasaan apa itu, Navisya pun tidak tahu.

Kini, kedua orang tua serta satu adik perempuan Arka sudah tiba dirumah nya, Navisya duduk diantara Sarah dan Hendra. Keluarga Arka yang baru pertama kali melihat Navisya, memperhatikan dirinya dari atas sampai bawah.

"Jadi bagaimana, nak Arka?" tanya Hendra serius.

"Jadi, kedatangan saya kesini untuk meminta izin om dan tante agar merestui saya untuk menjadi suami atau pendamping hidup Navisya." Arka menoleh pada Navisya sebentar, lalu kembali pada Hendra.

"Apakah om bersedia, untuk mengizinkan saya menjadi bagian hidup dari putri om?" lanjutnya, Hendra mengangguk.

"Baiklah, sekarang semua keputusan ada di tangan Navisya. Om dan tante sudah merestui kamu, jadi sekarang kamu tanya sama putri om, apakah dia bersedia menjadi istri kamu?" ucap Hendra, seluruh tatapan tertuju pada Navisya.

Navisya menghela nafasnya sejenak, ada rasa gugup dan takut didalam dirinya. Tapi, rasa itu ia hilangkan. Ia yakin kalau jawaban nya itu adalah pilihan yang terbaik, dan ia tidak akan pernah menyesali keputusan nya ini.

Navisya menatap Arka, tatapan mereka terkunci sepersekian detik, kemudian Navisya mengangguk.

DEG

Melihat Navisya mengangguk seperti itu, membuat jantung Arka berdebar lebih kencang dari biasanya. Rasanya, hati Arka sedang berbunga-bunga saat ini. Ia tak menyangka bahwa Navisya telah menerima lamaran nya. Arka mengucap syukur kepada Allah, begitupun dengan kedua orang tua nya. Kemudian, Arka menatap Hendra.

"Boleh saya menikahi Navisya sekarang juga, om?" tanya Arka ngawur, Reksa menatap anak nya. Baru kali ini ia melihat sikap Arka yang tidak sabaran seperti ini.

"Abang, kamu apa-apaan si? Sabar lah." sahut Reksa sambil menyenggol bahu Arka. Arka tak menggubris ucapan papahnya, ia terus menunggu jawaban Hendra.

Hendra tertawa, "Sepertinya nak Arka sudah gak sabar ya, pak Reksa?" Reksa ikut tertawa mendengar itu.

"Arka emang kayak gitu pak, sama kaya papahnya, gak sabaran." celetuk Salwa, tawa Reksa meredup kemudian ia menoleh pada istrinya. Bagaimana bisa Salwa menyimpulkan seperti itu? Padahal Reksa selalu bersabar di setiap harinya.

"Bohong pak, saya orang nya sabar kok. Buktinya saya awet muda sampe sekarang karena sering sabar." ucap Reksa tak terima.

"Bund, jangan macem-macem ya. Nanti uang belanja papah potong loh." lanjutnya mengancam, Salwa segera mengunci mulutnya rapat-rapat. Sarah dan Hendra tertawa melihat pertengkaran kecil orang tua Arka. Dasar ya, tidak tahu tempat sekali.

Navisya juga tertawa mendengar itu, ternyata calon mertuanya ini sangat lucu ya. Berbeda sekali dengan Arka yang cenderung pendiam, namun bagi Navisya, Arka adalah orang yang murah senyum. Ia sering kali melihat Arka tersenyum padanya.

Padahal, Arka akan tersenyum hanya dengan orang-orang terdekatnya saja. Dengan yang lain mungkin Arka akan sangat dingin, dan tidak banyak berbicara. Buktinya, Arka selalu menjomblo sampai saat ini. Seluruh perempuan yang pernah mendekati Arka, semuanya pasrah. Mereka sudah muak melihat sikap dingin Arka. Sekeras apapun usaha mereka untuk mendekati, maka semakin dingin juga sikap Arka kepada mereka. Kecuali sahabat nya, dan Navisya.

ARKASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang