23

3.5K 391 14
                                    

"Karena bagi Mas, kebahagiaan keluarga Mas yang lebih penting dan lebih mahal dari apapun."

Arkano Junaedi Pratama.

-

-

-

Hari-hari berjalan sebagaimana biasanya, tak ada banyak perubahan sekitar tiga minggu terakhir ini. Mulai dari Arka yang selalu pulang larut, sampai Navisya yang harus membagi waktunya antara kuliah dan mengurus suami. Namun dengan begitu, keluarga mereka selalu berjalan dengan sangat harmonis, tak ada sedikitpun perselisihan diantara keduanya.

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh mahasiswa tingkat akhir. Dengan memakai baju toga, kini mereka berkumpul dan duduk manis di kursi yang telah dipersiapkan didalam gedung tersebut.

Satu-persatu nama dari setiap mahasiswa dipanggil oleh pembawa acara untuk naik keatas panggung, dan menerima ijazah mereka yang diberikan secara langsung oleh Dekan dari masing-masing fakultas.

Rasa gugup yang bercampur dengan rasa bahagia kini melanda hati Arka, usaha belajar nya beberapa tahun terakhir telah membuahkan hasil yang manis. Sama seperti usahanya untuk mendapatkan seorang perempuan yang kini berada disamping nya.

Arka menoleh pada Navisya, Navisya yang merasa ditatap pun ikut menoleh. Kedua sudut bibir perempuan itu tertarik keatas saat melihat setetes cairan bening jatuh dari mata Arka, satu tangan nya terangkat untuk menyeka itu.

"Mas jangan nangis, nanti ganteng nya ilang." ucap Navisya yang membuat Arka tersenyum, kemudian tangan nya mengambil tangan Navisya dari pipinya dan mencium nya lembut.

Satu demi satu acara telah terlaksana. Acara wisuda itu berjalan dengan sangat khidmat. Kini, Arka sudah mengganti pakaian nya dengan kemeja, ia dan Navisya pun tengah berjalan menuju motor untuk segera pergi dari tempat itu.

Dengan tangan yang menggandeng lengan Arka, membuat Navisya menjadi pusat perhatian kaum hawa. Ia sangat takut dengan tatapan mereka, tatapan yang menujukkan bahwa mereka tidak suka dengan dirinya.

Tak lama, ia pun melepaskan gandengan nya. Arka yang merasakan itu segera menarik tangan Navisya untuk menggandeng nya kembali. Navisya mendongak.

"Jangan dilepas, ya. Gandeng terus tangan Mas." ucap Arka yang membuat seutas senyum terbit di bibir Navisya. Ia pun kini berjalan tanpa menghiraukan pandangan sekitar yang mengarah kepadanya. Lagipula, Arka adalah suaminya, jadi tidak ada larangan baginya untuk menyentuh dan menggandeng Arka.

Setibanya di motor, Arka mengambil satu helm dan memakaikan nya di kepala Navisya. Navisya mendongak menatap Arka yang tengah fokus.

"Mas,"

"Hm?"

"Sebelum pulang, boleh mampir dulu ke toko buku?" tanya Navisya, Arka yang selesai memasangkan helm itu menatap nya.

"Boleh. Tapi sebelum kesana, Mas mau ajak kamu ke suatu tempat." balas Arka, Navisya mengkerutkan kening nya.

"Kemana?"

"Liat aja nanti." sahut Arka dengan telunjuk yang mencolek hidung Navisya. Navisya memukul pelan dada Arka.

"Mas kebiasaan banget, ya? Selalu bikin aku deg-degan."

Arka yang mendengar itu langsung mengambil satu tangan Navisya dan ia tempelkan di dada, tepat di dekat jantung nya.

"Ada yang lebih deg-degan dari punya Mas?" tanya Arka dengan senyuman yang merekah dibibirnya. Navisya mengerjap, ia merasakan detak jantung Arka yang sangat bergemuruh itu.

ARKASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang