"Once again I say that I love you today, and beyond."
-
-
-Di depan cermin yang tertempel di meja rias nya, Navisya terduduk sambil menatap pantulan dirinya di cermin itu. Malam ini, adalah malam terakhir dirinya berstatus sebagai jomblo. Besok, ia sudah mengganti statusnya itu menjadi seorang istri dari Arkano Junaedi Pratama.
Ia menghembuskan nafas nya, kemudian tatapan nya beralih pada sebuah novel yang berada di atas meja itu. Novel pemberian dari seseorang yang ia juga tak tahu siapa orang yang mengirim nya, keinginan nya saat ini hanyalah berterima kasih pada orang tersebut. Karena berkat dirinya, ia bisa membaca serta memiliki novel impian nya itu.
Navisya beranjak dari duduknya, ia mengambil buku bersampul batik yang terletak di meja belajar nya kemudian kembali duduk di meja itu. Tangan nya membuka lembar demi lembar halaman buku nya, setelah itu ia menuliskan sesuatu disana. Sesuatu yang mungkin ia rasakan saat ini, hanya dirinya dan Allah yang tau. Tapi, mungkin suaminya kelak akan mengetahui semua isi dari buku-bukunya itu.
TOK TOK TOK
"SYA, ADA TEMEN KAMU DI LUAR." teriak Sarah dari luar kamar nya, Navisya menyudahi aksi menulisnya. Ia menatap dirinya di cermin sambil berpikir. Siapa yang datang kerumah nya malam-malam begini?
Tak banyak berpikir, Navisya segera beranjak dari duduk nya dan keluar dari kamar untuk menemui teman nya itu.
Mata Navisya membulat melihat seorang laki-laki sedang terduduk di kursi yang berada di halaman depan rumah nya. Laki-laki yang telah melamar dirinya dengan paksaan sekaligus orang yang telah membuat Arka babak belur.
Navisya memejamkan matanya, mencoba tenang menghadapi Adnan. Setelah itu, ia berjalan menghampiri nya.
Laki-laki itu menoleh, kemudian berdiri saat melihat Navisya telah berada disamping nya.
"Sya, ada yang mau saya omongin." ucapnya, Navisya tak menjawab, ia terus menunduk tanpa menatap Adnan sedikitpun.
"Apa udah gak ada kesempatan lagi buat saya untuk mendapatkan hati kamu?" tanya nya, Navisya menggeleng. Terdengar Adnan menghembuskan nafas nya gusar.
"Kenapa Sya? Apa yang kurang dari saya sampai kamu memilih dia?" tanya nya lagi, Navisya mendongak. Ia tak habis pikir dengan apa yang ada didalam otak Adnan ini.
"Maaf kak, sepertinya saya sudah menjawab pertanyaan kakak malam itu. Saya sudah dilamar, dan besok adalah hari pernikahan saya." jawab nya dengan nada yang santai. Ia tidak mau ada keributan antara Adnan dan dirinya di depan rumah.
Adnan terdiam, menatap Navisya dengan tatapan sendu. Ia tak bisa berkata-kata lagi, hatinya seakan-akan remuk mendengar itu.
"Pilihan saya sudah mantap, dan saya gak akan pernah menyesali nya." lanjut Navisya yakin. Adnan tersenyum hambar, kini rasa sakit dihatinya sangat menyeruak. Ingin sekali ia teriak saat ini, melepas semua rasa sakit di dada.
"Yasudah, jika sudah tidak ada lagi kesempatan. Maka saya yang harus mundur." ucap Adnan, ia menatap Navisya lekat.
"Tolong jangan pernah menyesal karena telah menolak saya. Kamu adalah satu-satunya perempuan yang berani menolak cinta saya." lanjut Adnan, kemudian ia pergi dari rumah Navisya. Navisya mendongak, menatap Adnan yang kini tengah berjalan menjauh dari rumah nya.
"Aku gak akan pernah menyesali keputusan ku. Aku janji akan hal itu." gumam nya, kemudian ia masuk kedalam rumah dan kembali mengistirahatkan badan nya.
Besok adalah hari yang sangat penting dan juga sakral. Ia harus benar-benar mempunyai cukup energi dan tenaga di hari itu, ia juga harus menghilangkan semua bayang-bayang Adnan di kepalanya dan fokus pada satu laki-laki yang akan menjadi imam nya kelak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKASYA
RomanceROMANCE-ISLAMI ON GOING AWAS BAPER⚠ "Yang namanya usaha, pasti tidak akan mengkhianati hasil." Kata-kata itu terus terulang dikepala Arka, membuat dirinya semakin bersemangat untuk menggapai cinta seorang perempuan yang telah lama ia impikan. Segala...