6

4.4K 537 35
                                    

Bahagia, itu yang Arka dapat rasakan saat ini. Ia tersenyum lebar ketika melihat Luna tengah tertawa bersama Navisya. Satu tangan Luna berada di genggaman Navisya, dan satu tangan nya lagi ada di genggaman Arka. Dengan kompak, mereka berdua mengangkat Luna ke atas dan membuat Luna seakan-akan melayang diudara. Luna tertawa girang dengan aksi itu.

Arka berharap, moment seperti ini akan hadir didalam kehidupan nya kelak. Dimana ia berjalan dengan Navisya yang sudah menjadi istrinya, dan satu anak mereka berjalan di posisi seperti Luna. Hanya dengan membayangkan seperti itu saja, dapat membuat jantung Arka bekerja dua kali lebih cepat dari biasanya.

Tak lama mereka berjalan, akhirnya mereka sampai dirumah Navisya, rumah yang di desain minimalis tetapi sangat terlihat Elegant. Navisya mengubah posisinya menjadi jongkok, mensejajarkan tubuhnya dengan Luna.

"Luna, kakak pulang dulu ya. Insya Allah, besok kita main lagi. Terima kasih, udah nganterin kakak pulang." pamit Navisya sambil mengembangkan senyumnya. Luna mengangguk.

"Iya kak, sama-sama." jawab Luna. Navisya berdiri, ia menghadap ke arah Arka dengan pandangan yang tertunduk.

"Saya pamit masuk, terima kasih sudah mengantar." Arka mengangguk, kemudian Navisya membalikkan badannya dan berjalan memasuki rumahnya. Namun, sebuah ucapan Arka mampu menghentikan langkah Navisya.

"Tunggu!" cegah Arka, Navisya membalikkan kembali badan nya, ia menatap Arka penuh tanda tanya.

"Boleh saya bertemu dengan orang tua kamu?" tanya Arka, Navisya mengkerutkan kening nya. Ada urusan apa Arka dengan orang tua nya?

"Boleh, tapi ada apa ya?"

"Ada urusan yang harus saya bicarakan." jawab Arka cepat. Navisya mengerjap, kemudian mengangguk. Ia tidak tahu urusan apa yang akan dibicarakan oleh Arka. Jadi, Navisya mempersilahkan Arka dan Luna masuk kedalam rumahnya.

Pintu rumah itu tidak tertutup, terlihat seorang pria paruh baya sedang terduduk di sofa dengan ditemani sang istri. Navisya mengucap salam, begitupun dengan Arka. Mereka menyalami tangan orangtua Navisya satu-persatu.

Hendra, ayah Navisya menatap heran putrinya. Baru kali ini ia pulang bersama seorang laki-laki selain Aidan. Seolah tau bahwa orang tuanya sedang bingung, ia segera memperkenalkan Arka.

"Ayah, ini...." Navisya menggantungkan ucapannya, ia ingin memperkenalkan tapi ia juga tidak tahu nama Arka. Ia hanya bertemu tanpa sempat menanyakan namanya. Tadi, Luna sempat memberi tahu dirinya tetapi ia lupa begitu saja.

"Saya Arka, calon menantu om." sahut Arka. Navisya membulatkan matanya, begitupun dengan kedua orang tuanya. Mereka terheran dengan ucapan Arka yang seperti itu.

"Calon menantu?" tanya Sarah, mamah Navisya yang kini sedang menatap Arka bingung. Arka tersenyum, kemudian mengangguk. Ia segera duduk di sofa setelah dipersilahkan oleh Hendra, begitu pun dengan Luna. Arka mendudukkan Luna di samping nya.

Hendra melipat koran yang tadi ia baca, lalu menaruhnya di atas meja.

"Maksud dari calon menantu itu apa ya,nak?" tanya Hendra. Arka tersenyum,tatapan Arka tertuju pada kedua orang tua Navisya, ia menghela nafas lalu menghembuskan nya pelan, menghilangkan rasa gugup yang kini sedang melanda dirinya.

"Maksud saya, izinkan saya menikahi putri om. Tujuan saya datang kesini, ingin meminta restu om dan tante untuk melamar Navisya." ucap Arka dengan penuh keseriusan.

Navisya melongo, ia tidak percaya dengan ucapan laki-laki yang kini tengah menatap serius kedua orang tuanya. Apa-apaan itu? Jika tahu urusan yang dimaksud itu melamar, Navisya tidak akan membiarkan Arka bertemu dengan orang tuanya.

ARKASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang