31

2.7K 311 34
                                    


Song🎶: Breaking down

Dengerin lagu ini pas baca scene ke 3 deh, semoga kerasa ya feel nya.

————

"Semakin kesini kamu semakin aneh, berbanding terbalik dengan apa yang Mas perkirakan."

Arkano Junaedi Pratama.

-

-

-

Navisya terdiam didalam kelas sambil melihat layar gawainya, terdapat sebuah pesan dari Salwa yang memberitahu dirinya tentang kiat-kiat seputar kehamilan.

Semalam, Arka dan Navisya memberitahu semua orang dirumah kalau dirinya saat ini tengah mengandung buah hati yang dititipkan oleh Allah kepadanya. Berbagai macam reaksi diperlihatkan oleh Reksa dan Salwa.

"Navisya..." Reksa meneguk salivanya sejenak, ia masih tak percaya mendengar ucapan anaknya barusan.


"N-Navisya, hamil?" lanjut Reksa gugup. Arka dan Navisya mengangguk kompak.

Bukannya senang, Reksa malah gelagapan sendiri sambil merogoh seluruh saku untuk mengambil gawainya, Arka terheran melihat tingkah sang Papah.

"Pah, Papah kenapa? Mau telepon siapa?" tanya Arka, seluruh tatapan keluarga yang berada disana kini mengarah pada Reksa.

"Mau sewa gedung, Papah harus rayain kabar-"

Ucapan Reksa terhenti ketika Salwa merebut gawai miliknya dan mematikan panggilan tersebut, suaminya ini memang seperti itu kalau sudah menyangkut hal yang membuatnya bahagia.

Seperti rencana pernikahan Arka waktu itu. Reksa ingin menggelar pesta pernikahan disebuah gedung yang begitu mewah, bahkan Reksa juga sempat ingin melaksanakan pernikahan itu diluar negeri. Namun, rencana itu ditolak keras oleh Hendra yang menginginkan acara sedeharna.

"Papah kebiasaan, gak usah berlebihan gitu deh." sahut Salwa, Reksa berdecak.

"Gapapa dong bund, suka-suka Papah. Lagian kalau cuma pesta tujuh hari tujuh malam itu gak berlebihan."

"Widih," kagum Aidan.

"Sultan mah bebas." celetuk Rafa.

Salwa menggeleng lalu mengantungi gawai suaminya, "Itu sama aja berlebihan, Pah. Cukup doa aja supaya Navisya dan calon cucu kita selalu sehat."

Navisya yang mendengar itu mendongak menatap Arka, rasanya kabar bahagia ini telah membuat kedua mertuanya berdebat seperti itu. Arka yang mengerti tatapan Navisya langsung membalasnya dengan senyuman.

"Gapapa, tenang aja."

Reksa terkekeh, ia menoleh pada Hendra dan Sarah untuk meminta pembelaan. Ia rasa mereka akan setuju dengan idenya.

"Bes, pesta seperti itu enggak berlebihan, kan?" tanyanya, Hendra tersenyum.

"Maaf pak Reksa, bukannya saya tidak setuju, tapi kalau seperti itu rasanya memang terlalu berlebihan."

"Iya pak, saya juga setuju sama bu Salwa. Lebih baik doakan saja supaya selalu sehat." timpal Sarah.

Reksa menghela nafas, rasanya disini tidak ada yang membelanya sedikitpun. Padahal, ia hanya ingin merayakan saja, tidak ada maksud lain selain itu.

ARKASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang