47

575 39 7
                                    

Hari demi hari rasanya berjalan begitu cepat. Kehidupan sepasang suami istri ini akhirnya mendekati kata sempurna, tinggal menunggu beberapa minggu lagi, perjalanan mereka menjadi orangtua pun akan segera dimulai.

"Syukur alhamdulillah, keadaan janin Bu Navisya sudah memasuki bulan ke 9, dan ini terlihat sangat baik sekali, sangat sehat." Ucap Ibu bidan setelah selesai memeriksa keadaan janin didalam perut Navisya.

"Alhamdulillah." Ucap Arka dan Navisya berbarengan.

"Mohon dipertahankan, ya? Jika begini terus, maka proses persalinan nanti akan berjalan lancar dan normal." Ibu bidan mengalihkan pandangannya pada Arka.

"Sejauh ini saya cukup salut dengan Mas Arka, dari semua pasien muda saya yang datang kesini untuk check up atau USG, cuma Mas Arka yang gak pernah absen untuk menemani Mba Navisya konsultasi disetiap jadwalnya. Ditambah, kondisi Mba Navisya yang selalu stabil disetiap hari." Pujinya yang dibalas senyuman oleh Navisya.

"Alhamdulillah suami saya ini cukup telaten Bu, saking telatennya sampai banyak pantangan dan peraturan untuk saya. Setiap hari saya harus benar-benar dipastikan dapat istirahat yang cukup." Balas Navisya.

"Wajar Mba, lagian kan ini anak pertama, pasti akan di treat dengan baik."

"Mau anak pertama atau bukan, saya akan men treat istri saya seperti itu, bu. Rencana saya ingin punya dua anak, nanti dikehamilan anak kedua saya, saya bawa istri saya untuk chek disini lagi, kita lihat perbandingannya."

Kedua mata Ibu bidan dan Navisya terbuka lebar, mereka terkejut mendengar penuturan Arka yang begitu terang-terangan.

"Baik Mas Arka, saya akan tunggu Mas Arka dan Mba Navisya datang kembali di kehamilan anak kedua. Wah, rasanya saya sudah sangat tidak sabar menunggu masa itu." Balas Bu Bidan dengan diakhiri tawanya. Navisya hanya membalas dengan senyum malu. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Sesekali ia melirik pada Arka, terlihat wajah datar tanpa ekspresi disana. Tidak ada rasa malu atau menyesal karena berkata seperti tadi.

Setelahnya Navisya pun segera pamit dan pergi dari sana. Ia sudah sangat malu dan tidak mau berlama-lama, kali ini moodnya yang baik langsung hancur seketika karena ulah Arka.

"Mau makan dulu? Tadi pagi belum sarapan karena buru-buru." Tanya Arka yang kini tengah memakaikan Navisya helm.

Navisya terdiam, ia tidak menjawab, ia kesal dengan Arka.

"Sya, Mas nanya lho, kok diam? Mau makan apa? Kita makan dulu sebelum pulang." Tanya Arka lagi.

"Terserah." Balas Navisya singkat.

Arka yang baru selesai memakai helm dikepalanya pun menghembuskan nafas. Matanya menatap lekat wajah Navisya yang dipalingkan darinya. Ia tahu kalau istrinya ini sepertinya sedang marah kepadanya. Hal baru yang Arka ketahui dari Navisya adalah sifat ngambek Navisya yang begitu mengesalkan. Awal ia mengetahui sifat Navisya yang seperti ini adalah disaat kandungan Navisya menginjak 7 bulan. Saat itu Navisya mengidam sesuatu yang sangat aneh. Ia ingin berkeliling kota Indonesia dimalam hari. Arka sangat bingung saat itu, tabungannya tak memumpuni untuk mengabulkan keinginan Navisya, lagipula itu sudah malam, saat dimana semua orang beristirahat. Tapi tak kehilangan akal, akhirnya Arka mengajak Navisya pergi ke suatu tempat lain yang bisa memberikan nuansa beberapa kota di Indonesia walau sebenarya mereka tidak benar-benar datang ke kota tersebut. Dan kalian tahu apa hasilnya? Navisya tetap ngambek dengan Arka hampir 5 hari lamanya. Arka stres dan akhirnya pun bisa membujuk istrinya itu dengan mengeluarkan seluruh tenaga dan kemampuannya untuk memohon.

"Kamu marah, ya? Mas hafal betul kalau kamu bilang 'Terserah' seperti tadi."

Navisya tidak menjawab.

ARKASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang