5

4.9K 567 45
                                    

Sore ini, sama seperti kemarin. Navisya kembali lagi ke taman untuk sekedar menikmati angin sore dan indah nya senja di taman itu. Sudah menjadi rutinitas bagi Navisya untuk pergi ke taman itu saat sore hari.

Kedua sudut bibir nya terangkat, kala melihat anak kecil yang tengah gembira dan tertawa saat bermain di wahana kecil yang disediakan oleh taman itu. Navisya merasa gemas dengan anak-anak itu, rasanya ia ingin menculik mereka semua dan mengasuh nya di rumah. Entah kenapa, dirinya sangat senang dan terobsesi dengan anak kecil.

"Aduh..." seorang anak perempuan terjatuh di tanah setelah menubruk kaki Navisya, Navisya segera membantu anak itu lalu membersihkan pakaian nya yang kotor akibat jatuh.

"Maafin Luna ya kak, Luna gak sengaja nablak kakak." ucap nya dengan mata yang berkaca-kaca ingin menangis, Navisya tersenyum. Ia membelai pelan rambut Luna yang pendek itu.

"Iya gapapa, udah kakak maafin kok." balas nya, Luna menatap Navisya, "Benelan kak?" tanya nya, Navisya terkekeh. Sungguh, ia sangat gemas dengan Luna saat ini.

"Bener.... Oh iya, nama kamu Luna?" tanya Navisya, Luna mengangguk. Navisya memegang kedua tangan mungil Luna.

"Kakak boleh main sama Luna gak?" tanya Navisya lagi sambil tersenyum penuh harap, Luna terdiam sejenak lalu mengangguk antusias, "Boleh."

"LUNA," teriak Arka dari seberang sana, Luna yang terpanggil itu segera membalikkan badan nya. Luna berlari ke arah Arka lalu menarik tangan Arka mendekat ke arah Navisya yang masih terjongkok.

"Om sini deh, Luna punya temen balu." ucapnya, Arka terkekeh sambil mengikuti kemana keponakan nya itu menariknya.

"Om, kenalin. Ini kakak baik yang udah nolong Luna tadi." Navisya berdiri, lalu mendongak, matanya membulat ketika tahu siapa orang yang Luna panggil om itu.
"Kamu?" kaget Navisya, Arka yang sedari tadi tertawa melihat tingkah Luna langsung menoleh saat dirinya dipanggil. Senyum nya sedikit meredup saat melihat Navisya di depan nya. Arka tak menyangka akan bertemu lagi dengan Navisya disini.

"Kak, kita main yuk!?" ajak Luna, lalu menarik tangan Navisya menuju tempat ayunan yang tak jauh dari sana.

Arka memasukkan kedua tangan nya di saku celana, kedua sudut bibir nya terangkat sehingga menerbitkan senyuman manis yang membuat seluruh perempuan terpanah.

"Ya Allah, jika dia memang jodohku, tolong dekatkanlah hatiku dengan hatinya. Tapi jika bukan, damaikanlah hati ini dengan semua ketentuan-Mu." batin Arka. Setelah itu, kakinya melangkah maju untuk menghampiri kedua perempuan yang sedang bermain itu.

"ABANGG!" terdengar suara teriakan yang tak asing dari arah belakang Arka, ia menoleh. Terlihat Rafa sedang berlari ke arahnya.

"Bang, tolong! Bang Ali ngamuk. Nanti kalo bang Ali nanyain Rafa, jawab aja gak tau." ucap Rafa tergesa-gesa lalu kembali lari meninggalkan Arka yang masih heran dengan sikap adiknya itu.

Tak lama, Ali datang menghampiri Arka,"Ka... Hosh hosh, liat Rafa gak?" tanya Ali dengan nafas yang terengah-engah dan masih memakai pakaian kantor nya, sepertinya Ali datang untuk menjemput Luna pulang. Arka mengajak Ali untuk duduk di bangku yang berada di dekatnya,agar Ali dapat beristirahat sejenak dan bisa menjelaskan apa yang membuatnya sampai mengejar Rafa.

"Ada apa bang? Kenapa kejar-kejaran sama Rafa?" tanya Arka, Ali menoleh. Ia sedikit mengendurkan dasi yang terikat dilehernya.

"Luna gak kenapa-kenapa kan?" bukan nya menjawab, Ali malah bertanya kepada Arka, Arka mengangguk kemudian menunjuk Luna yang sedang bermain di ayunan itu dengan gembira.

"Tuh, Luna disana." pandangan Ali mengikuti kemana tangan Arka menunjuk. Senyum papah muda itu terbit kala melihat tawa gembira yang di pancarkan oleh anak nya. Entah kenapa, hanya melihat anak nya tertawa lepas seperti itu dapat membuat hati Ali menjadi tenang dan tentram. Rasa khawatirnya dengan Luna seakan-akan hilang begitu saja.

ARKASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang