15

4.6K 468 44
                                    

Hari sudah mulai sore, Arka segera bergegas keluar dari kantor untuk cepat-cepat pulang kerumah. Rasanya ia sudah sangat merindukan Navisya dan tidak sabar untuk bertemu dengan nya.

Entah kenapa, setelah Arka menikah dengan Navisya, dirinya jadi sering merindukan perempuan itu. Mungkin inilah yang disebut dengan bucin setelah menikah, rasa cinta dan rindu yang semakin besar karena merasa sudah tidak ada halangan lagi untuk mencintai.

Langkah Arka terhenti, terdapat seorang wanita berdiri didepan nya. Ia menatap wanita itu sejenak, kemudian kembali melanjutkan langkah nya dan menghiraukan wanita itu.

Wanita itu meraih tangan Arka, ia menggenggam kuat agar Arka tak pergi darinya.

"Ka, kakak perlu bicara sama kamu." ucap nya, Arka menoleh.

"Saya harus pulang." sahut Arka dengan wajah sedatar mungkin. Ia sangat tak suka melihat wanita didepan nya.

"Sebentar aja kok, gak ada orang lagi selain kamu yang bisa kak Bianca tanyakan tentang Luna." mohon nya, Arka menghembuskan nafas. Sebenarnya ia tidak mau berhadapan ataupun mengobrol dengan Bianca, tapi ia juga adalah mantan istri dari Ali. Ia pasti ingin tahu tentang keadaan Luna saat ini.

Arka melepaskan tangan Bianca dari tangan nya.

"Kasih saya waktu untuk menelepon istri saya." Bianca mengangguk, Arka sedikit menjauh dari Bianca kemudian menelepon Navisya.

Sebisa mungkin, Arka akan mengabari Navisya saat ia sedang melakukan aktivitas diluar pengetahuan istrinya. Apalagi kini ia sedang bersama Bianca, ia takut akan muncul kesalahpahaman antar dirinya dan Navisya.

Sejak kecil, Arka memang dibiasakan seperti itu oleh Reksa dan Salwa agar tidak membuat mereka khawatir. Dan sampai saat ini, Arka menerapkan kebiasaan itu kepada istrinya.

Lagi pula, apa susah nya mengabari seseorang sebelum melakukan apapun? Mungkin terdengar sepele, tapi hal itu akan berdampak besar bagi seseorang yang diberi kabar.

"Assalamualaikum Mas, ada apa?"

"Waalaikumsalam, Mas mau ngabarin kalo Mas pulang telat. Mas mau nemuin seseorang, nanti kalo Mas udah dirumah Mas jelasin." jawab Arka, terdengar Navisya ber-oh ria diseberang sana.

"Yaudah, jangan kemaleman ya Mas." balas Navisya, Arka tersenyum kemudian mendekatkan gawainya dengan mulut nya.

"Iya sayang."

Tak ada balasan lagi dari Navisya, ia tidak berbicara lagi setelah Arka mengatakan itu.

"Yaudah, Mas tutup ya. Assalamualaikum."

Arka segera menutup telepon nya, dan kembali pada Bianca.

"Apa yang mau ditanyakan?" tanya Arka, Bianca menoleh.

"Kita cari tempat dulu, gak enak ngobrol disini." matanya menjelajah ke sekitar, kemudian terpaku pada sebuah restoran yang berada persis di depan kantor.

"Kita ngobrol disana." lanjutnya sambil menunjuk restaurant itu. Ia berjalan terlebih dahulu mendahului Arka. Arka menghela nafas sejenak, ia pun mengikuti Bianca dari belakang.

Suasana restaurant sore ini terlihat lumayan ramai, banyak orang-orang yang mampir kesana setelah pulang bekerja.

Arka menatap Bianca serius, kini mereka sudah duduk disebuah meja yang berada di dekat jendela. Bianca menyodorkan sebuah Paper Bag kepada Arka.

"Buat kamu, sebagai tanda ucapan selamat dari kakak." ucapnya dengan diakhiri senyum. Arka menatap Paper bag itu, kemudian beralih pada Bianca.

ARKASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang