11

4.3K 476 23
                                    

Dengan wajah yang babak belur akibat berkelahi dengan Adnan tadi, Arka berjalan seorang diri di tepi jalan sambil menatap lurus ke depan.

Sesekali ia meringis dan sedikit menggerak-gerakan wajah nya yang kaku karena banyaknya luka yang berada pada wajahnya. Orang-orang yang melintas di jalan itu menatap Arka dengan tatapan aneh, dan mungkin saja mereka berasumsi bahwa Arka adalah anak jalanan yang habis berkelahi dengan teman nya.

Arka tidak menghiraukan tatapan itu, ia terus berjalan tanpa memperhatikan segala pandangan yang mengarah padanya.

Yang Arka hiraukan saat ini adalah,Navisya. Ia khawatir jika perempuan nya akan diganggu lagi oleh laki-laki brengsek seperti Adnan. Tapi tidak apa, sebentar lagi ia akan menikah. Otomatis Navisya akan selalu bersamanya selama 24 jam di setiap harinya.

"Aku udah capek banget sama sikap kamu yang seperti itu. Bisa gak kamu peduli sama perasaan aku sedikit aja? Jangan mikirin laki-laki itu terus. Aku ini suami kamu, aku yang seharusnya lebih kamu pikirkan, bukan dia." maki seorang pria di seberang jalan sana. Arka menghentikan langkahnya, ia menoleh pada kedua suami istri itu.

"Terus kenapa kalo kamu capek? Kamu mau kita cerai gitu? Aku juga capek loh dengerin ocehan kamu setiap hari." balas wanita didepannya dengan emosi yang menyala-nyala. Pria itu menghembuskan nafasnya gusar kemudian terkekeh.

"Cerai? Oke, kalo itu mau kamu. Aku akan ceraikan kamu besok, sekalian ingin minta maaf sama orang tua kamu karena telah salah menjadikan kamu sebagai istri." ucap sang pria lalu pergi meninggalkan istrinya, sedangkan sang istri tersenyum miring lalu ikut pergi dari tempat itu.

Arka mematung ditempat, kenapa disaat dirinya akan menikah segala sesuatu yang mengerikan tentang pernikahan muncul dihadapan nya? Bisa-bisa Arka akan merasa takut dan goyah dengan pernikahan nya.

Arka meneguk salivanya, ia harus bisa membuang perasaan takut itu jauh-jauh. Mungkin, ini adalah sebuah ujian untuk mengetes kesabaran dan kesetiaan dia terhadap pasangan. Jangan sampai goyah hanya karena hal-hal seperti itu, yakin karena cinta yang tertanam di dalam hati.

Arka berpikir, jika mereka dapat membicarakan nya dengan baik, maka akan muncul sebuah jalan keluar yang baik juga. Tidak boleh asal mengucapkan kata cerai.

Islam memang mengizinkan perceraian, tapi Allah membencinya. Itu artinya, bercerai adalah pilihan terakhir bagi pasangan suami istri ketika memang tidak ada lagi jalan keluar lainnya.

Allah berfirman: “Dan jika mereka berketetapan hati hendak menceraikan, maka sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui,” (Al-Baqarah: 227)

Seorang perempuan berhenti di dekat Arka, ia sedikit mengenali wajah Arka yang masih termenung menatap kedepan.

"Arka?" panggilnya ragu, Arka segera tersadar dari lamunan nya. Ia pun menoleh.

"Eh, kak Hani? Sejak kapan disini?" tanya Arka.

"Baru, kamu ngapain disini?" tanya balik Hani, ia memperhatikan wajah Arka yang babak belur, "Muka kamu kenapa?"

Dengan cepat Arka menggeleng, ia tidak mau memberi tahu Hani tentang perkelahian tadi.

"Gak kenapa-kenapa, kak. Abis jatoh tadi." jawab Arka dengan senyuman yang merekah dibibirnya. Hani menatap Arka tak percaya, kemudian ia menarik Arka menuju bangku yang berada di dekatnya.

"Duduk, biar kakak obatin dulu." ucap Hani, Arka terduduk pasrah. Ia tidak ingin melukai perasaan Hani karena menolak.

Hani adalah sekretaris Ali, ia sudah hampir 5 tahun bekerja sebagai skretaris papah muda itu. Jadi, ia juga lumayan dekat dengan keluarga dan saudara Ali, termasuk Arka.

ARKASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang