36

2.1K 230 14
                                    

"Aku nyesel, nyesel karena hari ini terlalu berekspetasi tinggi terhadap Mas."

Navisya Azzahra

-
-
-

"Kenapa? Kaget ya lihat Mas?" tanya Arka dengan ekspresi kecewanya. Sementara Navisya, ia terdiam dengan perasaan takut didalam hati.

"Kenapa? Kenapa harus bohong sama, Mas?" lanjut Arka dengan suara yang sedikit tertahan. Ia ingin marah, tapi tidak bisa. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak marah kepada Navisya, maka dari itu, situasi seperti ini sangatlah sulit baginya, sangat menyiksa.

Navisya menggenggam kuat ujung pakaiannya, ia bingung harus menjawab bagaimana. Disatu sisi ia merasa bersalah, tapi disisi lain hati nya ingin marah saat ini, namun belum ada keberanian yang timbul pada dirinya.

"Setahu Mas, istri Mas itu seseorang yang jujur, dia cinta dan sayang dengan Mas." Arka meneguk salivanya dalam-dalam, "Apa karena akhir-akhir ini Mas terlalu mengekang? Terlalu posesif? Terlalu Over Protectif sampai kamu bisa ngelakuin hal ini?"

Arka menatap Navisya lekat-lekat, tatapannya menyorotkan rasa kecewa yang begitu mendalam.

"Mas selalu memberi tahu sama kamu tentang semua hal, terutama perasaan Mas terhadap kamu. Gak ada yang Mas tutup-tutupi, tapi kenapa kamu menutupi ini dari Mas? Kenapa? sudah bosan sama Mas?

Kepala Navisya mendongak seketika, ia terkejut mendengar ucapan Arka barusan. Di situasi yang seperti ini suaminya masih saja sempat berbohong.

"Gak ada yang Mas tutupi?" tanya Navisya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Mas bilang kalau Mas selalu memberi tahu segalanya sama aku?"

"Lalu perempuan yang tadi Mas peluk dan Mas tatap itu siapa?" air mata Navisya mulai jatuh, emosinya sudah meluap saat ini.

"Siapa Mas? Jawab!"

"Mas bilang kalau Mas gak akan berpaling pada siapapun, Mas juga yang suruh aku untuk nggak cemburu. Tapi yang Mas lakuin tadi..." tangis Navisya pecah, ia tidak sanggup lagi untuk melanjutkan ucapannya. Kedua tangannya ia angkat untuk menutupi wajah.

"Menghancurkan semua harapan aku terhadap Mas... Hiks."

Arka terdiam mendengar itu. Ia berusaha mencerna ucapan yang Navisya maksud.

"Aku nyesel, nyesel karena hari ini terlalu berekspetasi tinggi terhadap Mas. Dan seharusnya... Hiks, aku juga gak perlu datang ke kantor untuk nemuin Mas." Navisya menjauhkan tangannya dari wajah, ia menatap Arka serius, "Dengan begitu mungkin aku gak akan lihat hal tadi... Hiks, dan mungkin hati aku gak akan sehancur sekarang." Navisya melangkahkan kakinya dan pergi dari hadapan Arka.

Dengan langkah yang tergesa-gesa, Navisya berjalan menembus hujan yang masih turun dengan deras. Buliran Air mata yang masih mengalir pun kini mulai tersamarkan oleh air hujan yang membasahi wajahnya. Mungkin saat ini rasa ego nya sangat besar hingga mengalahkan kondisinya yang sudah setengah lemas.

Navisya mencoba menguatkan dirinya agar tidak tumbang sebelum sampai rumah. Ia sedikit mempercepat langkahnya untuk keluar dari halaman perusahaan ini, dan beruntungnya, ada sebuah taksi yang terparkir di dekat trotoar.

Hampir mendekati taksi tersebut, langkah Navisya terhenti. Tangannya digenggam kuat oleh seseorang dari belakang.

"Navisya, tunggu!" cegahnya.

Navisya berontak, mencoba melepaskan genggaman tangan tersebut, namun nihil. Mau berapa kali ia berusaha pun rasanya orang tersebut tidak akan melepaskannya.

ARKASYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang