PL13.

881 60 3
                                    









Happy Reading

***

Di sebuah tempat hiburan malam, seorang pria mengenakan kemeja putih yang di gulung hingga siku, dengan bawahan celana kain berwarna hitam tengah duduk menikmati musik dan juga rokok yang ia apit di dua jarinya.

"Jadi anak buah lo gagal nakep dia!" tanya pria berambut hitam dengan kumis tipis.

"Iya! Berengsek nggak tuh! Nangkap gitu doang nggak bisa!" kesalnya lalu meneguk minuman beralkoholnya.

"Terus rencana lo apa?" Pria itu hanya tersenyum miring menghisap rokoknya begitu dalam dan di hembuskanya secara perlahan.

Di tempat lain, Alvaro baru saja keluar dari kamar mandi. Ia memperhatikan Dinar yang tengah duduk di atas karpet bulu sambil mengoleskan salep ke kakinya. "Kaki kamu kenapa sayang?" Dinar tersentak mendongak melihat Alvaro berdiri di depannya sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Nggak apa-apa, cuma lecet tadi." jawab Dinar.

Alvaro mengalungkan handuknya dan duduk memperhatikan luka lecet di kaki Dinar.

Al merebut obat itu dari tangan Dinar lalu mengoleskannya di luka lecet kaki istrinya. Dinar memperhatikan wajah Alvaro yang fokus pada kakinya.

Dinar menarik napas panjang. "Kamu masih marah ya?" tanya Dinar raut wajahnya menatap Al sendu.

Alvaro mengangkat kepalanya menatap sang istri sekejap lalu fokus kembali pada kegiatannya. "Tuh kan. kamu masih marah! Buktinya aku di cuekin." kata Dinar kesal.

"Nggak." jawab Al seadanya.

Tok! Tok! Tok!

Baru ingin Dinar protes, suara pintu membuatnya urung mengatakan sesuatu. "Masuk," suruh Al. Tidak lama pintu terbuka dan muncul Jingga yang sedang membawa sesuatu.

"Maaf kak. Aku ganggu, cuma mau ngasih ini. Buat kak Dinar sama Kak Al, Aku merasa bersalah. Karena aku kak Dinar hampir celaka." kata Jingga yang membawa kue brownies buatannya sendiri.

"Jangan salahin Kak Dinar ya Kak, ini salah aku." pintanya pada Al.

Alvaro tersenyum mengusap kepala adik iparnya itu dengan sayang. "Nggak kok, kamu jangan nyalahin diri sendiri. Kamu nggak salah, makasih ya buat browniesnya." Jingga mengangguk dan keluar dari kamar Alvaro.

Setelah Jingga pergi, keduanya saling diam. Al memperhatikan kue buatan Jingga lalu di ambilnya satu potong. Melihat itu Dinar benar-benar kesal, Alvaro masih mendiamkannya.

Al melirik istrinya yang sedang menunduk kesal. Alvaro menahan untuk tidak tertawa melihat tingkah Dinar.

"Sini," ujar Al tiba-tiba. Dinar mendongak menatap Al bingung.

"Sini." ucap Al lagi lebih menekankan.

Dinar menurut dan maju mendekati Alvaro. "Makan," suruh Al lalu menyodorkan kue itu kedalam mulutnya.

Tanpa Dinar duga, Alvaro menahan tengkuknya dan mencium bibir begitu dalam ketika Ia tengah memakan kue brownies itu, Dinar mendelik namun perlahan ia memejamkan matanya menikmati sentuhan lembut dari Al.

Alvaro baru menghentikan aksinya ketika Dinar sudah kehabisan napas. Al tersenyum puas tepat di depan wajah Dinar, sambil mengunyah brownies yang kini beralih ke mulutnya. "Itu hukuman buat istri yang udah bohongin suami." bisiknya. Dinar mengerjapkan matanya beberapa kali.

Al mengacak rambut Dinar gemas dan meninggalkan istrinya yang masih diam mematung. Dinar menunduk menutupi rona di pipinya.

{𝕻𝖊𝖗𝖋𝖊𝖈𝖙 𝕷𝖔𝖛𝖊}

Perfect love (Alvaro season 2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang