PL 27.

658 64 2
                                    

Selamat malam. Al up lagi. Gimana kalian dah baca cerita aku yang baru di up tadi sore kah? kalau udah gimana lanjut nggak? 😁

.
.
.






"Yang buruk belum tentu buruk,

~ Perfect Love ~




°Happy Reading°

***

Pria berkemeja putih di balut jas hitam dengan dasi hitam bermotif garis-garis. Tengah memandangi kota Jakarta lewat kaca besar di ruanganya. Pria itu duduk termenung di kursi kebesarannya, ia sedang mengingat kejadian beberapa hari lalu yang menganggu pikirannya.

Di mana, ia melihat seorang wanita tengah di seret paksa oleh pria tegap dan tinggi, mengenakan kemeja merah. Terlihat sekali jika wanita itu menolak bahkan dia bisa melihat wanita itu menangis.

Alvaro memejamkan matanya, sambil memijat pangkal hidungnya. Dia tidak bisa membohongi perasaannya jika sampai saat ini, Al masih mengharapkan wanita itu.

Meskipun dia sudah menyakitinya, namun rasa cinta yang sangat besar untuk Dinar, mengalahkan rasa bencinya pada wanita itu.

Alvaro merasa Dinar telah menyembunyikan sesuatu, ia kenal betul istrinya itu. Tidak mungkin tanpa sebab Dinar meminta cerai, padahal hubungannya sangat baik. Bahkan saling memberi semangat.

Alvaro ingat betul, di malam itu ketika mereka berdua sedang berada di kamar.

"Capek?" tanya Dinar sambil memijat kaki Al yang sedang selonjoran di atas kasur.

Alvaro tersenyum manis memperhatikan Dinar yang sedang memijat kakinya. "Nggak ada kata capek, Kalau untuk kamu sayang. Apapun aku lakukan, demi keluarga kita."  Dinar memberi senyum kepada suaminya.

"Aku selalu berdoa untuk kamu, untuk anak kita. Dan untuk keluarga kita. Semoga apapun masalah yang kita hadapi. Selalu dalam lindungan Allah, dan aku percaya. Kalau kamu pasti bisa,"

"Aku bisa asal kamu terus berada di sampingku dan memberi aku semangat." Dinar mendekat dan memeluk Alvaro menyandarkan kepalanya di dada suaminya.

"Aku pasti selalu ada di samping kamu Al, karena cuma kamu yang aku punya. Dan aku juga nggak mau kalau suatu saat nanti. Kakek menyuruh kita pisah,"

"Aku nggak mau." ujar Dinar dengan suara paraunya.

Alvaro semakin erat memeluk Dinar, dan mengecupi kening wanita itu. "Nggak ada yang bisa misahin kita. Aku akan berjuang demi kamu."

"Iya, aku percaya sama kamu Al, aku cinta kamu sangat." ucap Dinar tulus.

Alvaro menggelengkan kepalanya mengenyahkan pikiran tentang Dinar. Ia harus fokus terlebih dahulu pada pekerjaannya. Mungkin ia akan mencari tau nanti, jika dia ada waktu.

Alvaro menoleh menatap sekretarisnya masuk bersama putrinya. "Maaf Pak, Khansanya nangis terus. Mungkin ingin bersama Bapak." Alvaro berdiri mendekat kearah sekretarisnya.

"Maaf ya, saya ngerepotin kamu." sesal Al.

Sekretarisnya tersenyum hangat pada bos mudanya itu. "Tidak apa-apa Pak. Selagi saya tidak sibuk. Saya bisa jagain Khansa," kata sekretarisnya yang bernama Winda.

Perfect love (Alvaro season 2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang