PL 43.

424 41 3
                                    

~Selamat Membaca ~

***

Amanda yang menunggu Dinar sendiri di luar ruangan UGD tampak gelisah, sedari tadi gadis itu tidak henti berjalan kesana-kemari.

Bibirnya terus bergumam mendoakan keadaan Dinar yang sedang di periksa oleh Dokter.

Hingga beberapa menit seorang dokter perempuan keluar dari ruangan UGD itu, Amanda segera menghampiri dan menanyakan keadaan istri sahabatnya.

"Bagaimana Dok keadaan teman saya?"

"Alhamdulillah, keadaan cukup baik. Pasien hanya kekurangan cairan dan asam lambungnya naik karena sepertinya dia belum ada makan, sekarang pasien sedang istirahat."

"Alhamdulillah, terima kasih Dok." dokter bernama Friska itu mengangguk sembari tersenyum dan berpamitan guna memeriksa pasien lain.

Amanda duduk kembali, mengeluarkan ponselnya untuk menelpon Aron, namun belum sampai menelepon cowok tersebut.

Suara langkah kaki terdengar mendekatinya, Amanda mendongak. Dan ternyata itu Aron yang berlari kearahnya.

"Gimana keadaan Dinar?" tanya Aron.

"Baik, dia cuma kekurangan cairan." Aron menghela napas lega.

Amanda mendekat memegang jaket cowok tersebut. "Alvaro gimana sudah ketemu?" Aron tidak langsung menjawab, cowok itu diam sambil memandang Amanda.

"Dia lagi di ruang UGD lainnya, kayaknya kondisinya kurang baik. Tadi Alvaro sudah hampir nggak selamat. tapi Alhamdulillah dia masih bisa bertahan sampai kita di sini." Amanda membekap mulutnya sendiri syok mendengar kabar Alvaro yang cukup parah.

"Kita berdoa aja yang terbaik buat Al," Amanda mengangguk, ia memeluk Aron namun segera menjauh saat cowok itu merintih saat tangannya menyenggol tangan Aron.

"Tangan kamu!" pekiknya ketika melihat luka panjang di lengan Aron.

Aron justru hanya tersenyum melihat tingkah menggemaskan Amanda.

"Nggak apa-apa, luka kecil. Nggak sakit, Tadi kena rating pohon saat nolongin Al," Amanda mendelik.

"Bohong! Luka sobek mana ada yang nggak sakit."

"Tunggu sini, aku panggilkan suster biar obati luka kamu." Aron segera mencegah Amanda yang sudah hendak pergi ingin memanggil perawat.

"Gue maunya lo yang obati lukanya," Amanda mencabik lucu.

Gadis itu tersenyum lalu menyuruh Aron untuk duduk. "Tunggu di sini, aku pinjam peralatannya dulu." Aron mengusap kepala Amanda sebelum gadis itu melangkah pergi.

Aron menoleh ke kanan saat suara seseorang sedang berlari kearahnya, orang itu adalah Amanda yang kembali dengan membawa kotak P3K.

"Nggak usah lari, nanti jatuh bikin repot." gadis itu melirik sinis.

"Memangnya aku anak kecil!" sungutnya.

"Iya kecil, badan kayak lidi." ejeknya.

Amanda tidak menggubris ejekan cowok tersebut, ia menyingkap lengan jaket Aron, gadis itu mulai mengolesi luka Aron dengan cairan Alkohol.

"Perih ya, tahan bentar." Aron tidak menjawab dia justru diam memperhatikan wajah cantik Amanda yang sangat dekat padanya.

"Lidi." panggil Aron pelan.

"Ehm?"

"Lo nggak khawatir sama Alvaro yang sedang berjuang hidup dan mati di sana?" Amanda terdiam, ia mendongak yang semakin mengikis jarak mereka.

Perfect love (Alvaro season 2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang