PL 45.

468 40 4
                                    

~Happy Reading ~

***

Hari ini Alvaro di perbolehkan untuk pulang, Dinar saat ini tengah sibuk membereskan barang-barang milik Al yang akan di bawa pulang.

Sementara cowok itu hanya duduk diam memperhatikan Dinar yang dari tadi kesana-kemari, semenjak Dokter mengatakan jika kakinya mengalami kelumpuhan.

Alvaro berubah pendiam, suka murung, Tidak seperti Alvaro yang biasanya.

Sebenarnya Al bukan lumpuh total, kakinya masih bisa di gerakan, hanya saja ketika dia berdiri akan terasa sakit dan lemas.

Dinar sudah pernah bertanya pada dokter. Dan kata dokter hal itu wajar, akibat cedera otot syaraf yang Alvaro alami, maka dari itu Al harus menjalani fisioterapi. Untuk mengembalikan kekuatan otot dan fungsi bagian tubuh yang mengalami cedera.

Dinar selesai mengemasi barang-barang, menoleh menatap Al yang tampak melamun. Wanita itu berjalan kearah sofa mengambil jaket milik Al.

Perempuan tersebut menghampiri Alvaro, membuat Al terlonjak saat Dinar memakaikan jaket ke tubuhnya.

"Kenapa sekarang aku lihat kamu sering ngelamun?" tanya Dinar.

Al tidak menjawab hanya deheman kecil keluar dari bibirnya. Dinar duduk di tepi kasur mengancing beberapa kancing jaket levis milik suaminya.

Selesai itu Dinar mendongak memperhatikan wajah Al. "Apa yang buat kamu sekarang jadi pediam kayak gini?" tangan Dinar mengusap wajah Al yang tampak kurus.

Dinar menunggu jawaban Al, namun cowok tersebut terdiam memandangnya begitu dalam. "Setelah ini. Aku pasti jadi beban buat kamu," kata Al pelan.

Dinar mengulum senyum, memeluk suaminya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Alvaro. "Kamu ingat nggak? Dulu aku juga pernah mengalami hal seperti ini. Aku nggak bisa apa-apa, selalu nyusahin kamu." Dinar melepas pelukannya merangkum wajah Al di tangannya.

"Dan sekarang giliran aku yang ngerawat kamu, Aku selalu ada untuk kamu, aku tau apa yang kamu khawatirkan."

"Aku cinta sama kamu Al, Nggak mungkin karena ini aku ninggalin kamu. Kamu harus ingat perjuangan kita untuk bisa bersama itu sulit." jeda sejenak ia terdiam.

Dinar sudah meneteskan air mata begitu pun Alvaro. "Jangan berpikir yang aneh-aneh, yang harus kamu lakukan adalah sembuh dan selalu bersemangat."

"Seandainya aku nggak bisa sembuh.." Dinar segera membungkam Alvaro dengan kecupan.

Dinar tidak ingin Al mengatakan hal buruk, karena hati kecilnya pun sebenarnya juga takut, dia takut Alvaro tidak bisa sembuh, karena Dinar tidak ingin melihat suaminya terpuruk.

Namun apapun yang terjadi nanti Dinar berjanji tidak akan meninggalkan suaminya, meskipun nanti suatu saat akan bertemu Kakeknya lagi dan memintanya untuk berpisah dengan Al, dia tidak akan mau.

"Yuk ah pulang, anak kita sudah kangen sama kamu." kata Dinar lalu berdiri.

Dinar mendekatkan kursi roda pada brankar, lalu membantu Alvaro menurunkan kedua kakinya. Dan memindahkan cowok tersebut secara pelan ke kursi roda.

"Sudah?" tanyanya memastikan jika Al sudah nyaman.

Alvaro mengangguk sembari tersenyum, Dinar ikut tersenyum dan mengambil tas yang cukup besar untuk ia bawa.

Lalu mendorong kursi roda Alvaro menuju parkiran, karena sopir yang akan menjemput mereka belum datang. sebenarnya Al tidak tega melihat istrinya yang kerepotan. Namun mau bagaimana lagi, saat ini dia tidak bisa apa-apa.

Perfect love (Alvaro season 2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang