PL 5.

1.5K 85 4
                                    

~^~

~^~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~^~

***

"Kalian di sana, senang-senang aja ya. Nggak usah khawatirin Khansa. Dia aman sama kami." pesan Ayah Angga saat mengantarkan Alvaro dan Dinar ke bandara untuk pergi ke Singapura.

"Iya. Kalau perlu kalian agak lama di sana, siapa tau pulang-pulang dapat kabar. Khansa bakal punya adik." goda Bunda Alya, Dinar sedikit terkejut sekaligus malu. Saat mendengar ucapan sang mertua. Sementara Alvaro hanya terkekeh mengaminkan ucapan Bundanya.

"kalau gitu kita pamit dulu ya Yah, Bunda." ucap Al. sebelum pergi Dinar mencium kedua pipi putrinya berulang kali.

Ini pertama kalinya bagi Dinar dan Alvaro untuk berpisah dengan anak mereka. Sebenarnya Alvaro ingin mengajak Baby Khansa, namun ia takut jika bayi itu akan rewel. Mungkin nanti jika sudah besar ia akan mengajak anaknya itu pergi.

Sebelum masuk ke dalam ruang tunggu. Alvaro dan Dinar mencium tangan Ayah Angga dan Bunda Alya. Setelah itu Alvaro mengandeng tangan Dinar
Untuk segera masuk.

Suara pengumuman sudah terdengar, Alvaro tinggal langsung masuk ke dalam pesawat tanpa harus menunggu lagi.

Selesai memberikan tiketnya pada Pramugari Al membawa Dinar ke salah satu kursi yang sudah di tentukan.

Semenjak masuk ke dalam pesawat Dinar hanya diam. Bahkan ketika sudah duduk dan memakai sabuk pengaman, Dinar terlihat tegang. Sering sekali Alvaro melihat gadisnya membuang napas panjang, dan enggan membuka mata.

Dinar sekilas menoleh menatap Alvaro yang sedang memperhatikannya. "Kamu kalau mau ketawa. Nggak apa-apa, Ketawa aja." ujar Dinar saat melihat Alvaro yang seperti sedang menahan tawanya.

Al mengulum senyum dan meraih tangan Dinar yang terasa dingin. "Nggak sayang, aku bukan mau ketawain kamu. Justru aku gemas lihat muka tegang kamu." kekeh Al. Dinar mengerucutkan bibirnya kesal.

"Aku tau. Aku norak, karena aku belum pernah naik pesawat sebelumnya, Makannya aku takut." ujar Dinar menunduk sambil merapatkan matanya enggan membukanya.

Alvaro menghela napas, lalu merengkuh tubuh Dinar. "Nggak usah takut, Inshaallah baik-baik aja." ujar Al lembut mencium pucak kepala Dinar beberapa kali.

Alvaro melepas rengkuhannya saat pesawat siap lepas landas. Dinar menggenggam tangan Alvaro semakin kuat, ketika burung besi itu mulai terasa berguncang dan tidak lama seperti bergerak ke kiri dan kanan melayang di udara.

Saat pesawat sudah stabil di atas awan dan sudah di perbolehkan untuk melepas sabuk pengamannya. Alvaro sedikit merubah posisi duduknya. Ia memandang wajah Dinar yang masih setia memejamkan matanya.

Alvaro mencium tangan Dinar lembut, saat tangannya masih di genggam kuat oleh gadis itu. "Hey.. Sayang. Buka dong matanya."

"Lihat tuh, Pemandangannya bagus." Dinar memberanikan diri untuk membuka matanya.

Perfect love (Alvaro season 2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang