PL 24.

657 52 14
                                    




"Terkadang perpisahan awal dari kita mengerti, bagaimana orang itu berarti untuk kita."

^ Alvaro ^






°Happy Reading°

***

"Alvaro! Gimana nak. Dinar mau pulang?" tanya Bunda Alya tidak sabar.

Alvaro diam, melewati Bunda begitu saja, ia merebahkan tubuhnya di sofa, memejamkan matanya dengan menaruh tangan kirinya untuk menutup matanya, Bunda yang terus memperhatikan putranya pun hanya bisa menghela napas, pelan Bunda menghampiri Al lalu berjongkok di depan putranya.

"Ya udah, kalau kamu nggak mau cerita. Istirahat ya," Bunda mengusap kepala Al sangat lembut.

Bunda berdiri ingin memberi waktu pada Alvaro. "Apa yang sudah aku lakukan, sampai Dinar mau pisah denganku Bun?"

Langkah Bunda terhenti, jantung Bunda seakan berhenti ketika Alvaro mengatakan itu. Bunda Alya berbalik dan kembali menghampiri Al lalu berlutut lagi.

"Apa? Dinar minta pisah! Kamu serius nak?" Bunda membulatkan matanya masih tidak percaya.

Perlahan Alvaro membuka matanya, menatap Bunda sendu. "Apa aku gagal menjadi seorang suami."

"Aku memang belum bisa membahagiakan dia sepenuhnya. Tapi kenapa di saat aku sedang berjuang untuk dirinya. Dinar justru meminta perpisahan." ujar Al parau dengan air mata yang sudah turun membasahi pipinya. Biarlah ia menangis, Al hanya butuh seseorang untuk menguatkannya.

"Nak,, sabar sayang. Kamu jangan seperti ini. Kamu harus bisa mempertahankan Dinar, kasihan anak kalian. Khansa masih terlalu kecil."

"Mungkin Dinar ngomong gitu karena emosi dan nggak sadar." Bunda mengusap air mata putranya dengan lembut. Melihat anaknya seperti ini, membuat Bunda ikut menangis.

Alvaro bangun mengusap wajahnya dengan kasar. "Dia sadar Bun, bahkan dia bicara seperti itu sangat jelas!"

Al menunduk. "Dua hari lagi dia akan kirim surat gugatan perceraian dari pengadilan." ujar Al sangat pelan. Bahkan seperti sebuah bisikan.

Bunda Alya menutup mulutnya, begitu terkejut. Mendengar fakta Dinar sudah merencanakan perpisahannya dengan putranya.

Apa kesalahan sang putra hingga menantunya itu meminta pisah, padahal Bunda melihat Alvaro dan Dinar tidak pernah bertengkar, Bunda tau jika mereka sedang ada masalah Al membawa Dinar untuk menyelesaikan masalah mereka dengan baik. Tapi ini kenapa tidak ada apa-apa justru Dinar ingin pisah.

Bunda Alya tidak berhenti mengusap punggung Alvaro, beliau tidak tega melihat putranya kacau seperti ini.

"Bun, Al naik dulu. Mau sholat," pamit Al. Bunda hanya mampu mengangguk dan membiarkan Alvaro pergi ke kamarnya.

Selesai membersihkan diri Alvaro bergegas untuk sholat, di lanjut dengan berzikir, dan membaca ayat suci Alquran. Terakhir Al begitu khusyuk meminta pada sang pencipta, untuk kebaikan rumah tangganya, ia sangat berharap untuk terus bersama seseorang yang paling ia cintai selain Bundanya. Alvaro sangat ingin menghabiskan masa tuanya bersama Dinar. Merawat anak-anaknya hingga tumbuh dewasa.

Bunda Alya yang sedang mengintip dari sela pintu, mengaminkan semua doa yang putranya panjatkan, Bunda berharap jika Alvaro bersama Dinar masih bisa terus bersama.

{𝕻𝖊𝖗𝖋𝖊𝖈𝖙 𝕷𝖔𝖛𝖊}

Pagi yang cerah Alvaro mengajak anaknya untuk menikmati indahnya sinar matahari pagi, sambil menggendong Khansa, Alvaro kadang suka melamun hingga seseorang datang pun ia tidak menyadarinya.

Perfect love (Alvaro season 2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang