PL 10.

1K 65 8
                                    

^Happy Reading ^

***

Hari ini Alvaro dan Dinar sudah harus kembali ke Indonesia. Saat ini mereka bedua tengah bersiap-siap untuk pergi ke bandara.

Dinar menatap takjub pada koper-koper yang mau ia bawa pulang, Dinar tidak menyangka jika banyak sekali koper yang harus di bawa pulang. Dan itu semua oleh-oleh untuk orang-orang di Jakarta.

Alvaro terkekeh pelan saat melihat reaksi lucu dari sang istri ketika tau bawaan mereka dua kali lebih banyak dari waktu berangkat.

"Kenapa sayang?" Alvaro merangkul ikut memperhatikan koper-koper yang sedang di masukkan ke dalam mobil.

"Barangnya kenapa jadi banyak gitu. Perasaan kemarin nggak sebanyak itu Al." Alvaro tertawa kecil.

"Iya, memang kemarin nggak banyak, tapi tau lah sih kembar harus di turutin semua permintaannya. Entar dia ngadu ke Ayah kalau nggak di belikan." Dinar mengangguk paham.

"Oh iya, ke tambahan dari Nenek juga, buat anak kita katanya."

"Sudah siap Al?" tanya nenek yang baru keluar bersama Kakek dari dalam rumah.

"Udah Nek, kalau gitu kita pamit ya," Al mulai menyalami tangan Kakek dan Neneknya, namun saat mencium tangan Kakek Al masih terlihat canggung, bahkan Alvaro hanya tersenyum tipis saat Kakek memeluknya.

"Nek kita pulang dulu, maaf kalau kita ngerepotin," Dinar memeluk Nenek Mutia.

"Kalian nggak ngerepotin, justru Nenek senang kalian bisa liburan di sini." ujar Nenek lembut.

"Nanti kalau kalian liburan lagi, ajak Khansa ya"

"Pasti Nek." jawab Al.

Alvaro dan Dinar pun mulai masuk kedalam mobil dan meninggalkan pelataran rumah Kakek.

Sesampainya di bandara Dinar tampak tegang lagi, sesekali ia membuang napas ketika mereka sudah berada di dalam pesawat. "Tegang lagi?" tanya Al.

Dinar menoleh dan mengangguk. "Dikit." cengirnya.

Alvaro terkekeh dan memeluk sang istri.

"Al."

"Iya?"

"Aku lihat kok kamu, diam aja sama Kakek, kamu ada masalah?" tanyanya penasaran

"Nggak ada sayang, perasaan kamu aja kali," Dinar menghela napas lalu mendongak.

"Kalau ada apa-apa cerita ya, siapa tau aku bisa bantu."

"Tergantung," Dinar menatap Al yang juga menunduk memandangnya.

"Kalau masalahnya berat, terus buat kamu sedih dan pusing. Mending kamu nggak tau apa-apa sayang, lebih baik aku yang ngerasain itu."

"Ih mana bisa kayak gitu, namanya suami istri kan, harus saling melengkapi. Terus aku gunanya apa dong?" protes Dinar.

Alvaro terbahak mengacak rambut Dinar gemas. "Tugas kamu cuma, cinta dan selalu ada untuk semangatin aku." Dinar memanyunkan bibirnya kesal.

Niatnya serius tapi Al justru mengeluarkan kata-kata yang membuat pipinya merah.

{𝕻𝖊𝖗𝖋𝖊𝖈𝖙 𝕷𝖔𝖛𝖊}

Dinar terlihat sangat senang ketika mereka sudah sampai di Jakarta, ia senang akhirnya bisa sampai di Jakarta dengan selamat dan juga Dinar sudah tidak sabar bertemu dengan sang putri.

Dinar berbinar ketika melihat Khansa yang sedang di gendong oleh mertuanya. Ia berlari meninggalkan Alvaro yang masih di belakangnya.

Perfect love (Alvaro season 2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang