PL 40.

555 53 6
                                    


~•~

~•~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~•~

Pagi.. Like yuk sebelum membaca.


~Happy Reading~

***

"Sialan! Jagain satu orang aja kalian nggak becus!!" murka pria berkemeja hitam yang di gulung sampai siku.

Brak!

Pria itu melempar kursi usang yang tadinya di duduki oleh tawanannya hingga hancur membentur dinding.

Ruangan pengap dan gelap itu kini telah kosong, Alvaro sudah tidak ada di sana, tadi setelah anak buah Jonas kembali keadaan sepi kursi dan tali untuk mengikat Alvaro berserakan dan putus menjadi beberapa bagian.

"Gue nggak mau tau kalian harus cari! Kalau sampai gagal!" Jonas mengeluarkan pistol dari saku jasnya. "Peluru di pistol ini akan menembus otak kalian!" ucapnya dingin dan menakutkan.

Para preman itu bergetar ketakutan, mereka berhamburan untuk mencari keberadaan Alvaro.

Jonas memandang tajam tali di lantai yang di gunakan untuk mengikat tubuh Al. "Lo nggak akan bisa semudah itu lolos!" katanya seorang diri sambil menyeringai.

Jonas sangat marah ketika mendapatkan telepon dari anak buahnya jika Alvaro telah kabur, tadinya dia tidak percaya. Mengingat luka yang di alami cowok itu cukup parah, saat melihat foto yang dia dapatkan dari anak buahnya.

Namun ketika dia datang sendiri ke lokasi, mengetahui jika Alvaro benar-benar tidak ada. Membuat darahnya mendidih ia marah karena selalu ada saja untuk bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.

Di lokasi yang sama beda tempat Dinar membawa langkah kakinya ke sebuah hutan, wanita itu tidak sadar jika kini sedang memasuki hutan lebat.

Napas yang mulai berat peluh membasahi keningnya, Lantaran ada Alvaro sedang ia papah, luka parah yang Alvaro alami sampai membuat cowok itu hampir kehilangan kesadaran kembali, luka ada di mana-mana, Darah sering keluar dari mulutnya.

"Al, kumohon kamu bertahan," kata Dinar di sela perjalanannya.

Tidak ada jawaban dari Alvaro, cowok itu hanya tersenyum sangat tipis menahan sakit di tubuhnya, bahkan sangking tipisnya Dinar tidak bisa melihat senyum suaminya.

Dinar menghentikan langkahnya sekejap, memperhatikan sedang ada di mana mereka. Matanya membulat sempurna ketika sadar jika saat ini dia tengah berada di tengah hutan.

Di lihat dari pohon-pohon tinggi dan suara-suara bintang, suara gelap nan mencengkam cukup membuat perempuan itu ketakutan, namun ia sadar jika suaminya butuh pertolongan, akhirnya Dinar melanjutkan perjalanannya.

Perfect love (Alvaro season 2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang