PL 15.

859 56 3
                                    




Happy Reading








***

Saat sudah berkeluarga, yang di sukai orang tua adalah saat kita bisa bermain bersama anak, atau meluangkan waktu dengan anak. Apalagi jika anak itu mulai aktif bisa berjalan maka kita akan mengikuti kemanapun dia melangkah. Lelah memang. Namun ada perasaan tersendiri jika bisa melihat tumbuh kembang anak dengan sehat. bangga dan bahagia pastinya.

Itulah yang di rasakan Alvaro, ketika ia libur beraktivitas maka Al menghabiskan waktunya bersama Khansa. Dan saat ini Alvaro tengah menyuapi bubur bayi ke putrinya. "Mamam,," gumam bayi itu senang ketika Papanya yang menyuapi dirinya.

"Iya sayang, mam yuk Ak," Al menyodorkan sesuap bubur ke bayi tersebut lagi.

"Uh.. Pintarnya anak Papa," puji Al mengusap bibir bayinya yang sangat belepotan.

"Al." panggil wanita cantik yang mengenakan dres biru muda motif bunga.

"Iya sayang kenapa?" jawab Al yang masih fokus pada Khanza.

"Kapan kita jenguk Ayah lagi? Aku mau lihat kondisi Ayah," Al menoleh kesamping memberikan senyum pada sang istri.

"Nanti sayang, kita kan baru pulang tadi. Kamu istirahat dulu, Ya." ujar Al lembut memberi pengertian kepada Dinar agar mau beristirahat.

Semenjak Ayah Hendra di rawat di rumah sakit dua hari yang lalu. Dinar jarang berada di rumah, ia selalu di rumah sakit untuk menemani dan menunggu kabar baik dari dokter.

Dinar menghela napas memperhatikan suami dan anaknya. Ia diam sedang mencoba melupakan perasan yang tiba-tiba tidak enak. Entah apa itu tapi hati Dinar terasa khawatir.

Ponsel yang ada di saku Al berbunyi, Alvaro pun memberikan mangkuk bubur Khansa pada Dinar. Ia melihat nama Ayah Angga menelponnya.

"Assalamu'alaikum," ucap Al saat gawai itu sudah menempel di telinganya.

"Apa!" Dinar menoleh cepat mengerutkan kening saat melihat raut wajah Alvaro yang berbeda.

"Ada apa?" tanya Dinar tidak sabaran ketika Al sudah menutup teleponnya.

"Kita ke rumah sakit sekarang, Ayah hilang!" Dinar membekap mulutnya, apakah ini tanda yang sedari tadi di rasakannya.

Alvaro segera membawa Dinar pergi ke rumah sakit setelah menyelesaikan urusan tentang Khansa

Sesampainya di rumah sakit tanpa menunggu Alvaro, Dinar turun dari mobil berlari menuju kamar tempat Ayahnya di rawat.

Dinar bisa melihat ada Ayah Angga bersama Bunda Alya dan juga beberapa pihak kepolisian berada di depan pintu kamar inap Ayahnya. "Bunda." panggil Dinar ketika sudah di hadapan mereka.

Semua menoleh menatap Dinar yang baru tiba, terlihat Alvaro berlari di belakang gadis itu. "Ayah aku kenapa?" Bunda mengusap pundak sang mantu.

"Ayah kamu nggak ada, kita sudah coba cari tapi nggak ada di sini." Dinar berlari masuk ke kamar inap Ayahnya.

Dinar menutup mulutnya yang terkejut saat melihat Ayahnya yang tidak ada di kamar tersebut. "Ayah!" panggil Dinar, memeriksa ruangan tersebut hingga kamar mandi, Namun tidak ada.

"Ayah!" teriak Dinar dengan derai air mata mengalir deras.

"Sayang tenang, kita coba cari Ayah ya. Kamu jangan panik." ujar Al yang menyusul Dinar masuk. Lalu memeluk tubuh Dinar yang bergetar karena menangis.

Mata hitam Al memperhatikan brankar yang terlihat rapi namun alat-alat medis masih menyala. Alvaro berpikir jika Ayah mertuanya bukan kabur tapi di culik. Di lihat dari alat-alat tersebut.

"Ayah di mana Al, aku takut Ayah kenapa-kenapa!" tanya Dinar di pelukannya.

"Aku nggak tau, tapi aku akan berusaha cari Ayah, demi kamu." bisik Al lalu mencium kening Dinar.

Alvaro menatap kedatangan Ayah dan Bundanya yang ikut masuk. "Kamu yang sabar ya Nak. Kita akan segera mencari Ayahmu, semoga Hendra baik-baik saja," Dinar tidak mampu menjawab yang bisa Dinar lakukan hanya mengangguk dalam pelukan Alvaro sambil mengaminkan ucapan sang mertua.

{𝕻𝖊𝖗𝖋𝖊𝖈𝖙 𝕷𝖔𝖛𝖊}

Sudah hampir seminggu hilangnya Ayah Hendra dari rumah sakit, namun sampai saat ini belum ada kabar baik dari polisi ataupun orang kepercayaan Ayah Angga. Semua masih sibuk mencari termasuk Alvaro.

Ia tidak berhenti untuk mencari keberadaan mertuanya, demi sang istri. Al tidak tega melihat Dinar terus-terusan memikirkan Ayahnya, setiap hari Al melihat Dinar menangis dalam diam. Saat bersamanya Dinar terlihat baik-baik saja. Namun ia sering memergoki Dinar menangis tersedu.

Kadang Al berpikir kurang baik apa hati istrinya. sampai memikirkan Ayah Hendra seperti itu, Padahal selama ini Ayah Hendra tidak pernah sayang dengan putri tirinya. Namun Dinar masih peduli, menyayangi dan ingin membahagiakan Ayah Hendra sekalipun Ayahnya tidak pernah membahagiakannya.

Alvaro menghela napas panjang ketika melihat Dinar tengah melamun di kamarnya. Alvaro yang baru kembali dari kamar Bunda untuk memberikan bayinya kepada Bundanya pun masuk kedalam kamar tidak lupa ia mengunci pintu tersebut. Semenjak Hendra hilang Khansa sering ia titipkan kepada Bundanya. Al tidak ingin Dinar mengasuh putrinya dalam keadaan seperti ini.

Perlahan Al menghampiri Dinar, berlutut di hadapan Dinar yang tengah melamun.

"Al," kaget Dinar ketika merasakan usapan lembut di jarinya dan juga senyum manis di hadapannya.

"Jangan ngelamun. semua pasti baik-baik saja," Dinar menunduk, mengangguk pelan.

"Iya, aku cuma kepikiran Ayah hilang dalam keadaan sakit. Aku khawatir keadaan Ayah," ucap Dinar bersamaan air bening jatuh di pipinya.

Tangan kekar Al mengusap lembut pipi basah Dinar. "Kita cuma bisa berdoa saat ini. Aku akan berusaha lebih, saat cari Ayah. Asal kamu nggak sedih." bibir Dinar tertarik keatas membuat garis melengkung yang cukup membuat Alvaro lega dapat melihat senyum dari istrinya.

Alvaro ikut tersenyum dan membawa tubuh Dinar dalam dekapannya.

Di tempat yang berbeda terlihat pria berjas hitam tengah duduk memperhatikan seseorang yang terbaring di kasur didalam ruangan cukup gelap. "Bagaimana? Situasi aman?" tanya pria tersebut lalu menghisap dalam rokok yang ia pegang.

"Tidak aman bos! Banyak polisi ataupun anggota anak buah dari mertua wanita itu yang mencari keberadaan dia." jawab anak buahnya sambil melihat seseorang yang sedang terbaring tersebut.

Pria itu mengangguk paham. Mematikan rokoknya ke dalam asbak lalu perlahan ia menghampiri kasur itu. Ia tersenyum miring melihat wajah yang terlihat sangat lemah dan pucat. "Bertahanlah sedikit lagi!" ujar pria itu dingin.

Setelah mengatakan hal itu, pria tersebut berbalik kembali menghampiri anak buahnya. "Jagain dia jangan sampai pergi."

"Baik Bos!" jawab anak buahnya yang bertubuh besar dan tegap.

"Dan lo. Ikut gue!" tunjuknya pada anak buahnya yang lain.

Pria itu meninggalkan orang yang tak lain adalah Hendra, dan juga anak buah pria tersebut.

Pria itu masuk kedalam mobilnya, dan menelpon seseorang sebelum ia melajukan mobil sport miliknya ke tempat seseorang yang baru saja ia telpon.

***

-ᵀᵒ ᵇᵉ ᶜᵒⁿᵗⁱⁿᵘᵉ-

Vote+comment thank you🙏😊

Perfect love (Alvaro season 2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang