PL 44.

402 47 3
                                    





~Selamat Membaca ~

***

Awan mendung yang menghiasi langit Ibu kota sedari pagi hingga kini sudah menjelang sore, begitu setia menemani bumi tanpa ada tanda hujan akan turun.

sepertinya hal itu tengah menggambarkan suasana hati perempuan yang sedang duduk termenung memandang seorang pria.

Hatinya juga tengah mendung, melihat orang yang begitu ia cintai belum juga bangun dari komanya.

Sudah beberapa hari ini Alvaro tak kunjung sadar. Dinar dengan setia menemani suaminya. Bahkan Dinar sama sekali belum bertemu dengan putrinya yang kini sedang di jaga oleh Bunda Alya di rumah.

Dinar ingin saat Al bangun, dirinya ada di sampingnya. Dinar menggenggam dan mengusap punggung tangan Alvaro lembut, Berharap jika Alvaro bisa merasakan sentuhannya.

"Dinar, kamu nggak pulang nak? Kasihan Khansa cariin Mamanya terus," usapan lembut dari Bunda Alya menyadarkannya dari lamunan.

Dinar menarik napas, memandang tangan Alvaro yang masih dia genggam. "Dinar mau di sini dulu Bunda, Sampai Al bangun." ujarnya sangat pelan dan parau.

"Tapi nak, Khansa juga butuh kamu. Setiap hari yang di tanyakan kamu sayang, Bunda mohon pulang sebentar. Setelah itu kamu boleh kesini lagi," bujuk Bunda Alya.

Hening, Dinar hanya diam menunduk. Hingga beberapa menit suara isakan kecil terdengar dari Dinar. "Aku cuma ingin Al bangun Bunda.. Kapan Al bangun?" katanya di sela isakan.

"Aku masih merasa bersalah kalau sampai Al kenapa-kenapa. Ini semua karena aku Bun.. Alvaro celaka pasti karena aku.."

"Sst... Bunda sudah bilang kan ini bukan karena kamu sayang.." Bunda Alya memeluk menantunya yang duduk di kursi.

"Tenangin diri kamu dulu, Bunda yakin Al pasti bangun." kata Bunda lalu ikut duduk di samping Dinar.

"Dengerin Bunda," Bunda Alya meminta Dinar untuk menatap wajahnya, beliau tersenyum sambil mengusap pipi basah Dinar.

"Kamu harus percaya kalau Alvaro pasti sembuh, jangan menyerah dan selalu berdoa. Kalau sampai Al dengar pasti sekarang dia sedih karena kamu nangis kayak gini." Dinar tidak bisa menjawab ia memeluk Bunda Alya, menumpahkan segala rasa yang ada di hatinya, dia tidak ingin dan tidak akan siap jika Alvaro pergi meninggalkannya.

Bunda Alya ikut meneteskan air mata, memandang sendu kearah brankar sang putra.

"Bangun nak kita semua menunggumu." Kata Bunda dalam hati.

Berat hati Dinar menuruti keinginan Bunda, dia akhirnya pulang bersama sopir. ketika sampai di rumah, suara Khansa memanggilnya begitu terdengar sangat senang saat melihatnya pulang. Bayi itu tak henti memanggil Dinar dengan sebutan Mama.

Dinar mengecup seluruh wajah menggemaskan putrinya, sebenarnya dalam hati Dinar pun sangat merindukan Khansa, namun bagaimana lagi, dia benar-benar ingin bersama Alvaro.

"Din, barang yang lo kasih bermanfaat. Dari benda itu kita mudah menangkap Jonas," Dinar teralihkan perhatiannya dari Khansa ke seseorang yang sedari tadi bersama putrinya.

"Maksudnya?"

"Flashdisk yang lo kasih, berisikan semua kejahatan yang Jonas dan perusahaannya lakukan, dengan begitu kita mudah untuk menangkapnya." kata orang itu yang tak lain adalah Aron.

"Baguslah, semoga segera di tangkap. Orang seperti Jonas sangat membahayakan." Aron mengangguk setuju.

"Thanks, kalian selalu bantu gue, maaf kalau gue selalu ngerepotin."

Perfect love (Alvaro season 2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang