PL 38.

511 48 2
                                    



-Happy Reading-

***

"Sampai kapan aku harus menunggu?"

"Sabar, semua butuh proses. saat ini anak buah saya sudah mengetahui di mana keberadaan Dinar. Tinggal tunggu sebentar lagi. Tuan bisa bersamanya." pria bertubuh tegap itu tersenyum remeh.

"Aku sebenarnya bisa saja melakukannya sendiri, tapi aku tidak ingin membuang-buang tenaga dan waktu hanya mengurus hal seperti itu!"

"Kau harus ingat perjanjian kita. Ghani! Setelah anak buahmu membawa cucumu. Kau harus segera menyerahkannya padaku!" pria itu menatap tajam kepada pria paruh baya yang tak lain adalah Kakek Ghani.

Kakek terlihat santai, tidak seperti biasanya yang begitu takut pada Jonas. "Tidak semudah itu tuan Jonas yang terhormat." ujar Kakek Ghani seolah menantang pria angkuh tersebut.

"Apa maksudmu!" tanya Jonas nadanya sudah mulai naik, ia terpancing karena Ghani sepertinya ingin melawannya.

Kakek Ghani memajukan tubuhnya, lalu menyodorkan sebuah amplop berwarna coklat. "Tuan harus lebih dulu mendatatangani surat ini. Jika tidak. Saya tidak akan memberikan cucu saya kepada anda!" ucap Kakek dengan senyum miringnya.

Jonas merebut amplop itu dan di bukanya, rahangnya mengeras matanya memerah membaca kertas tersebut. "KAU INGIN MEMERASKU!!" teriak Jonas murka pria itu sampai mengebrak meja.

Dan lagi Kakek Ghani masih santai, bahkan ia tidak takut melihat Jonas yang begitu marah.

Kakek Ghani mengangkat bahunya acuh. "Itu pilihan. Jika tuan tidak mau tanda tangan. Maka anda tidak akan mendapatkan cucu saya. Dan kemungkinan anda akan masuk kedalam penjara." ujar Kakek memelankan di akhir ucapannya.

"You!" tuding Jonas tepat di depan wajah Kakek. "God damn it!" maki pria itu, Kakek tidak peduli ia bahkan dengan santai melahap makanannya.

Jonas mengacak rambutnya kesal dan frustasi. Bagaimana tidak frustasi, Ghani meminta separuh hartanya dan juga beberapa saham di perusahaannya.

Jika dia menolak Kakek Ghani akan melaporkannya pada pihak yang berwajib, sebab Ghani telah memiliki bukti tentang cara kerja pria itu.

Tanpa banyak bicara, Jonas merampas kertas itu dan membawanya pergi, Kakek Ghani tersenyum miring sambil menatap kepergian Jonas.

{𝕻𝖊𝖗𝖋𝖊𝖈𝖙 𝕷𝖔𝖛𝖊}

Alvaro dan Dinar tengah mengamati Cafe dari dalam mobil, sebelum tiba. Om Andre memberitahu agar jangan sampai terlihat oleh preman-preman yang saat ini tengah membuat keributan di Cafe milik Ayah Angga.

"Al. Bagaimana ini. Mereka merusak Cafe Al,," ujar Dinar gelisah.

Alvaro diam sambil terus mengamati Cafe tersebut. Tangannya menggenggam erat setir mobil, jika boleh ia turun. Ingin rasanya dia turun dan menghajar semua preman yang sudah berani merusak Cafe milik orang tuanya.

Namun apa daya, dia juga harus melindungi wanitanya agar tidak di tangkap oleh preman itu. "Al Khansa gimana Al,, anak kita baik-baik aja kan?" tanya Dinar mulai panik saat mengingat sang putri.

"Tante Ayu sudah membawa Khansa ke tempat yang aman, kamu tenang ya." jawab Al mengusap tangan Dinar yang sedang ia genggam.

Saat keadaan makin kacau polisi tiba, semua terlihat mencoba untuk kabur. Preman-preman itu berlarian hingga ada yang sampai ke tengah jalan.

Perfect love (Alvaro season 2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang