PL 35.

661 62 2
                                    


°Happy Reading°

Usai sarapan Alvaro mengajak anak dan istrinya ke Cafe milik Ayahnya yang berada di depan rumah orang tuanya, Ayah Angga memang membuat rumah yang tidak jauh dari tempat usahanya.

Mereka begitu di sambut antusias oleh para karyawan yang berkerja di sana, apa lagi sudah lama tidak bertemu dengan anak dari bos mereka.

Mereka sangat heboh saat melihat bayi yang begitu menggemaskan, Kulit putih berpipi bakpao dengan mata hitam bulat, membuat Khansa menjadi rebutan untuk bisa menggendong bayi lucu itu.

Alvaro tertawa saat melihat anaknya menjadi rebutan karyawan Cafe, Membiarkan anaknya bersama mereka Al pun  mengajak Dinar duduk di salah satu kursi pengunjung, di depan mereka ada sebuah kolam yang di isi beberapa ekor ikan suara gemericik air kolam buatan terdengar tenang di telinga, Dinar begitu mengagumi usaha milik mertuanya ini, rasa nyaman dan betah sudah bisa ia rasakan.

Ada beberapa tanaman di Cafe ini yang membuat suasana asri dan sejuk dan semua itu rancangan dari Bunda Alya.

Al tidak mengalihkan pandangan dari wajah sang istri. Ia begitu bahagia bisa menatap senyum Dinar yang tidak pernah membuatnya bosan.

Sadar di perhatikan Dinar pun menatap Alvaro yang masih menatapnya sambil tersenyum. "Kenapa sih? Ada yang salah di mukaku?" Dinar meraba wajahnya.

"Nggak ada apa-apa, aku bersyukur istri aku makin cantik dan aku masih bisa melihat kecantikan istri aku," kata Al sambil meraih tangan Dinar yang berada di wajahnya.

Di genggamnya begitu lembut oleh Al dan di ciumnya, Dinar ikut memberi senyum sedikit mendekatkan wajahnya lalu berkata. "Aku cantik untuk kamu. Dan selamanya untuk kamu," Alvaro kian mengulum senyum lalu di peluknya Dinar dari samping.

Memperhatikan kolam ikan yang kesana-kemari. "Bunda hebat ya, bisa design Cafe senyuman ini, pasti pengunjung di sini betah-betah,"

"Alvaro!" sapa seseorang tidak jauh dari mejanya.

Alvaro menoleh ia mengamati orang itu sejenak setelah ingat Al menyambut orang itu. "Winda? Lo Winda kan?" wanita yang di kenal Al bernama Winda itu tertawa, ia mengangguk menerima uluran tangannya.

Alvaro sedikit tersentak saat Winda memeluk tubuhnya erat karena sangking senangnya, Bukan hanya Al Dinar yang dari tadi hanya diam membulatkan matanya melihat wanita itu. "Ya Ampun Alvaro... Kamu apa kabar! Aku nggak nyangka kamu balik kesini?" tanyanya sangat heboh.

Al berusaha melepaskan pelukan wanita itu, ia melirik Dinar yang juga menatapnya, dengan tatapan tidak enak. Cowok itu hanya tersenyum sekilas pada Dinar. "Ayo duduk dulu." Alvaro mempersilakan wanita itu untuk duduk.

"Lo apa kabar?" Winda mencebik tangannya mengibas sekali pada Al.

"Halah gayamu. mentang-mentang tinggal di Ibu kota." ejeknya.

Al terkekeh menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sadar ada yang sedang kesal, Alvaro memperkenalkan Dinar pada Winda. "Ohiya. Kenalin Win ini Dinar istri aku." Winda beralih menatap Dinar.

"Sayang kenalin dia Winda teman aku di SMA sebelum pindah ke jakarta." Dinar tersenyum mengulurkan tangannya yang di terima baik oleh Winda.

"Dinar,"

"Winda." wanita itu memperhatikan wajah Dinar memberi senyum ramah padanya.

"Istrimu cantik. Pintar ya kamu cari jodoh," puji Winda tulus.

Alvaro terbahak menyetujui ucapan temannya. "Iya memang dia cantik, makanya gue makin cinta." Winda bergaya seperti ingin muntah mendengar perkataan Alvaro.

Perfect love (Alvaro season 2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang