*Happy Reading*
***
Lelah ketika terus berjalan tanpa ujung, rasanya ingin menyudahi dan menyerah, ketika kaki tak sanggup lagi berjalan hanya doa yang sanggup di ucapkan, itulah yang di rasakan Dinar.Dinar wanita yang sedang berjuang menemukan jalan keluar demi sang suami, terduduk di bawah pohon dengan menangis tersedu, kakinya sudah tidak mampu berjalan lagi, sudah berpuluh-puluh kilo dia menyusuri hutan itu, namun tak kunjung menemukan jalan keluar.
Ponsel yang ada di genggaman pun hanya mampu bertahan sebentar lagi, baterai menunjukkan angka lima persen. Jika ponsel ini mati, mungkin habis juga waktunya di dunia ini.
Dinar sudah tidak tahu harus seperti apa. Kembali pada Alvaro pun ia sudah tidak sanggup.
Dinar membuka tangan kirinya, memandang benda yang Alvaro berikan. Flashdisk kecil yang kemungkinan sangat penting di berikan kepadanya.
"Ya Allah tolonglah hambamu," doanya.
Setelah itu Dinar berusaha berdiri, beberapa kali hampir saja tubuhnya oleng jika tak berpegangan pada dahan pohon.
Dinar mencoba meninggikan ponselnya agar benda pipih tersebut memiliki sinyal, Ia menggoyang-goyangan benda tersebut berharap ada keajaiban.
Dinar sudah menulis pesan bersama lokasinya saat ini, berharap mertuanya bisa membaca dan menemukannya.
"Ayolah please,, sekali aja ada sinyal." gumamnya penuh harap.
Wanita itu melihat ada jalan menuju sedikit keatas dataran tinggi, di sana terlihat lebih terbuka tidak tertutup pohon-pohon besar. Perlahan ia naik ke atas bukit tersebut, Dinar berdiri di pinggir jurang ia pun mengangkat ponselnya setinggi mungkin, berharap ada sinyal ketika ia berdiri di tebing ini.
Harapannya tak sia-sia, satu garis muncul di tanda sinyal ponsel miliknya, satu lagi keinginannya yaitu semua pesannya bisa terkirim.
Dinar menjerit saat ponsel miliknya justru jatuh hingga terbelah jadi dua, pupus sudah harapannya, benda satu-satunya yang bisa menyelamatkannya sudah hancur.
Terduduk di pinggir tebing, Dinar menangis tersedu. Inikah akhir kisah hidupnya, terjebak di sebuah hutan yang sama sekali dia tidak tahu.
Dinar mundur bersandar pada sebuah batu besar, menekuk dan memeluk erat kakinya. "Al.." panggil Dinar di sela isakannya.
"Apa yang harus aku lakukan Al.. Aku ingin kamu selamat. Aku masih mau kita sama-sama," gumamnya.
Wanita itu merintih memegang perutnya yang terasa perih, sepertinya maagnya akan kambuh, dari semalam hingga sekarang sudah siang dan mungkin juga sudah sore, Dinar belum makan ataupun minum.
Berusaha berdiri lagi Dinar melihat ada buah yang tidak dia tahu. Baru dua langkah, Dinar berhenti dan berpikir bagaimana jika buah tersebut beracun. Sebab dia tidak pernah melihat buah itu sebelumnya.
Menggelengkan kepala Dinar maju lagi dan memetik, di saat seperti ini dia tidak boleh terlalu banyak berpikir, apapun yang ada di depannya harus dia makan.
Namun keraguan datang kembali ketika buah tersebut terlihat aneh dan berbau tidak enak, menghela napas Dinar membuang buah tersebut.
Lagi-lagi hanya tangis yang bisa dia lakukan, Dinar kembali ketempat semula, meringkuk di sana sambil terus menatap lurus kedepan.
Jika tau keadaannya seperti ini, lebih baik ia masih bersama Alvaro, walaupun terjebak di dalam hutan, namun masih bersama suaminya. Kalau pun mereka mati Dinar ingin mati bersama-sama, tidak seperti sekarang yang berpisah dan dirinya juga tidak tau bagaimana keadaan Alvaro.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect love (Alvaro season 2) END
Romance(Sekuel Alvaro) {ᴾˡᵉᵃˢᵉ ᴰᵒⁿ'ᵗ ᶜᵒᵖʸ ᴹʸ ˢᵗᵒʳʸ} ⚠ Awas Baper ⚠ Tidak ada yang namanya berumah tangga, akan selalu bahagia dan terlihat baik-baik saja, pasti akan ada yang namanya ujian di dalam ikatan pernikahan. Begitu pun Alvaro Nazriel Setiawan, ber...