PL 34.

748 69 3
                                    

°^°

Sebelum baca jangan lupa tinggalkan jejak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebelum baca jangan lupa tinggalkan jejak.





















~Happy Reading ~

***

Pukul 23:45 Alvaro tiba di bandara Juanda Surabaya. Sebelum bertemu seseorang yang sudah menunggunya di parkiran, Al berterima kasih kepada Kapten Fahri.

Teman sang Ayah itu sangat senang bisa membatu anak dari teman baiknya, Al pun juga berjanji jika suatu saat nanti mereka harus bertemu lagi bersama Ayah Angga.

Alvaro mengajak Dinar ke area parkiran, di sana mereka sudah di tunggu oleh Adik kembar Ayah Angga yaitu Om Andre.

Om Andre tersenyum menyambut keponakannya itu. "Al.. Apa kabar?" tanya Om Andre sesampainya Al dan Dinar di depannya.

"Alhamdulillah baik Om, Om sendiri gimana? Aku lihat. sudah Om jadi Bapak tapi masih terlihat muda." Om Andre tertawa sambil menepuk-nepuk pundak Alvaro.

"Kamu bisa aja Al, asal kamu tau. Meskipun sudah menjadi Bapak-bapak jiwa harus tetap muda," ujarnya yang mengundang gelak tawa di antara mereka.

Om Andre segera mengajak Alvaro dan Dinar untuk pulang, hari kian larut cuaca pun semakin dingin.

Alvaro dan Om Andre saling mengobrol tentang kegiatan masing-masing. Hingga ucapan serius Om Andre membuat Dinar yang duduk di jok belakang terdiam dengan rasa bersalah. "Al. Om harap apapun cobaan yang sedang kamu hadapi selalu kuat, jangan buat Ayah dan Bundamu kecewa."

"Pasti Om, aku selalu kuat demi semuanya, Meskipun kadang aku kasihan dengan Ayah dan Bunda yang ikut terlibat dalam urusan keluarga kecilku. Sebenarnya aku tidak ingin Ayah terlalu terlibat, Tapi aku sadar diri jika aku belum bisa apa-apa tanpa Ayah."

Tangan kiri Om Andre mengusap pundak Alvaro. "Semua orang tua pasti tidak akan diam aja, ketika anaknya memiliki masalah, meskipun anaknya sudah berkeluarga. Jika sang anak butuh pertolongan, tanpa diminta pun pasti akan di bantu," Alvaro tersenyum sambil mengangguk setuju.

Dinar mengusap pipi Khansa yang ia pangku dengan lembut, bayi yang genap setahun itu tampak nyenyak di pangkuan sang Ibu, sampai-sampai tangan Dinar yang terus menelusuri wajahnya bayi itu tak terusik.

Dinar sedang berpikir jika masalah ini juga tidak akan serumit dan panjang seperti ini. Jikalau dia memberitahu ancaman Kakek Ghani waktu itu.

Om Andre menghentikan mobilnya di depan rumah yang cukup besar, Dinar yang sudah turun memandangi tempat di mana suaminya di lahirkan dan di besarkan. Di depan rumah juga ada sebuah cafe yang sangat besar, karena hari sudah larut malam. Cafe tampak sudah sepi hanya tinggal beberapa pengunjung saja yang masih di sana.

Perfect love (Alvaro season 2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang