PL 8.

1K 61 3
                                    




^^ ℍ𝕒𝕡𝕡𝕪 ℝ𝕖𝕒𝕕𝕚𝕟𝕘 ^^









***

Saat Alvaro tiba di kantor Kakek, seluruh karyawan tampak senang ketika cucu dari bos mereka tengah mengunjungi kantor itu. para wanita Menatap tanpa kedip bahkan ada yang terang-terangan memanggil namanya dengan sopan.

Alvaro sendiri tak berduli, ia hanya tersenyum seperlunya saja. Jika benar-benar kenal Alvaro pasti akan menyapa lebih dulu.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk." suruh Kakek saat mendengar pintu di ketuk.

Alvaro masuk dan menutup pintu kembali. Ia melangkahkan kaki mendekati Kakek yang duduk di kursi kebesarannya.

"Ada apa Kek. Kenapa tiba-tiba nyuruh aku untuk datang kesini?" tanya Al to the point.

"Gimana alergi kamu? Nenek khawatir, apa lagi kamu sakit gara-gara Nenek." bukanya menjawab pertanyaan Al, Kakek justru menanyakan keadaannya.

Alvaro tersenyum tipis. "Alhamdulillah Al sudah baik, ini tinggal bintik-bintik merah aja." Kakek mengangguk paham, lalu memberikan Al sebuah map berwarna biru.

"Itu ada berkas yang harus kamu priksa, Kakek ingin tau jika kamu berkerja hasilnya seperti apa," Alvaro menerima map itu dan membukanya.

"Kakek tunggu hasilnya satu jam lagi, sekarang Kakek mau meeting dulu." kata Kakek yang mulai beranjak dari kursinya.

Alvaro menarik napas panjang setelah Kakek Hadi sudah keluar dari ruangan itu. Ia mulai mempelajari dokumen-dokumen yang Kakek berikan.

Tidak butuh waktu lama Al sudah menyelesaikan semua dokumen yang Kakek berikan, satu jam kemudian Kakek Hadi kembali. Alvaro segera menyerahkan map tadi pada Kakek.

Terlihat Kakek begitu serius memperhatikan semua hasil yang ia berikan untuk cucunya. Kakek sesekali mengangguk dan membenarkan kaca matanya yang mulai turun.

"Dengan hasil kerja kamu seperti ini. Kenapa nggak langsung minta jabatan tinggi di kantor Ayah? Kenapa harus menjadi karyawan biasa. Kalau kamu saja mampu Al." tanya Kakek setelah melihat hasil kerja Alvaro yang begitu bagus.

"Kek, aku sudah pernah bilang kan? Kalau aku ingin melakukannya dari nol. Aku nggak mau seperti orang-orang yang langsung menerima jabatan tinggi. Tanpa harus bersusah-susah,"

"Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu? Justru harusnya kamu senang menjadi sukses tanpa harus merasakan kesulitan?"

"Memangnya Kakek dulu, ketika membangun kantor ini langsung bisa sebesar sekarang? Pasti butuh perjuangan kan? Ayah aja harus berjuang seorang diri untuk bisa membangun Cafe dan juga restonya." Kakek diam tanpa mau menjawab.

"Apa kamu tidak berpikir. Sekarang kamu sudah memiliki istri dan anak, apa kamu tidak mau membahagiakan mereka dengan apa yang kamu punya?" Alvaro menarik sudut bibirnya.

"Kek. Kebahagian bukan di pandang dari harta dan jabatan saja, masih banyak cara kita untuk bisa membahagiakan orang yang kita cinta. Tanpa harus dengan kekayaan,"

Kakek menghela napas sejenak. "Baiklah jika itu pemikiranmu. Kakek hanya mau bilang. Sebaiknya kamu berhati-hati, Kakek bicara seperti ini demi kamu. Karena kamu cucu pertama Kakek." Alvaro mengerutkan keningnya. Apa yang di maksud Kakek.

Perfect love (Alvaro season 2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang