PL 32.

1.2K 79 7
                                    

-Happy Reading-

***

"Al,"

"Iya sayang,"

"Aku mau pulang, aku mau ketemu Khansa Al, aku kangen sama dia." Alvaro yang tadinya berdiri karena sedang mengupas buah untuk Dinar menghetikan aktifitasnya lalu memandang sang istri, Al menarik kursi duduk disamping Dinar.

"Memangnya sudah baikan? Udah sembuh?" Dinar mengangguk begitu semangat.

"Sudah Al, nih lihat aku udah bisa bangun kan." kata Dinar sambil duduk tiba-tiba.

Alvaro terkekeh pelan, Al bangun dari duduknya lalu beralih duduk ditepi kasur. "Masa sih coba aku lihat?" kata Al tangannya membingkai wajah Dinar.

Saat Alvaro sudah mendekatkan wajahnya ke wajah Dinar, suara pintu terbuka. "Ups! Sorry." kata orang itu.

Alvaro tampak santai tersenyum tipis,  sementara Dinar tertunduk malu dengan rona merah di pipinya.

"Masuk Ron," cowok berkemeja hitam itu pun masuk sambil tersenyum.

"Hai Din?" sapa Aron.

Dinar hanya tersenyum canggung. Ia lebih memilih menunduk sambil memainkan jari Alvaro yang dia genggam.

"Gue punya kabar baik buat lo, semua klien setuju sama proposal kita. Dan mereka semua sudah bersedia untuk tanda tangan."

"Alhamdulillah, syukurlah kalau mereka mau bekerjasama sama kita, ini semua juga karena lo Ron. Tanpa lo, gue nggak bisa apa-apa."

"Gue cuma bantu lo dikit, selebihnya. Lo semua yang kerjain." Aron terkekeh mereka saling diam beberapa detik.

Hingga Alvaro menoleh menatap Dinar yang masih betah menunduk. "Sayang, aku tinggal dulu ya, kamu sama Aron dulu. Katanya mau pulang kan? Aku mau tanya dokter sama urus administrasi," Dinar mendongak sambil menggeleng tidak setuju dengan usul Alvaro.

Aron yang mengerti jika Dinar tidak setuju pun berbicara pada Alvaro. "Biar gue yang urus Al, lo temani Dinar aja." Al menoleh menatap Aron.

"Jangan Ron, lo udah terlalu banyak bantu gue." tolak Al.

"Biasa aja Al, gue tulus bantu lo." Aron tersenyum kearah Al yang di balas senyum juga oleh Alvaro.

"Kalau gitu gue keluar, ntar kalau udah beres, gue telpon lo."

"Oke. Sekali lagi thank ya," Aron mengacungkan jempolnya lalu keluar dari kamar inap Dinar.

Alvaro menoleh memandang Dinar dengan senyuman. "Kenapa nggak mau di tinggal? Masih kangen ya?" goda Al.

Dinar tersenyum tipis, tanpa menjawab ucapan Alvaro. Wanita itu memeluk Al lalu mengangguk pelan.

Selain karena rindu Dinar tidak ingin berdua saja dengan Aron, di tambah ia masih takut jika tiba-tiba anak buah kakek ataupun pria itu datang ketika suaminya tidak ada.

Dinar sudah tidak percaya lagi dengan pria selain suaminya sendiri. Setiap laki-laki yang berhubungan dengannya. Selalu membuatnya ketakutan, menderita dan membuatnya menangis.

Hanya pria sebaik Alvaro yang memperlakukannya begitu lembut penuh kasih sayang dan perhatian.

Bahkan kakeknya sendiri saja yang sudah lama tidak bertemu, tega memberikannya pada pria brengsek hanya karena harta.

{𝕻𝖊𝖗𝖋𝖊𝖈𝖙 𝕷𝖔𝖛𝖊}

"Sayang udah siap?" Dinar mengangguk sambil merapatkan jaket milik Alvaro yang ia pakai untuk pulang kerumah.

Perfect love (Alvaro season 2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang