Happy Reading
***
Alvaro meminta tolong kepada Ayah Angga untuk mengizinkan Ayah Hendra di rujuk ke rumah sakit yang lebih besar, melihat kondisi Ayah Hendra yang semakin memburuk membuat petugas mengizinkan namun tetap dalam pengawasan ketat.
Dinar bersama Alvaro tengah menunggu dokter yang sedang, memeriksa kondisi Ayahnya. Dinar masih menangis dalam dekapan Alvaro, ia benar-benar takut jika terjadi sesuatu dengan Ayahnya.
"Al, aku takut Ayah kenapa-kenapa, aku belum mewujudkan keinginan aku." ujarnya yang semakin di telan oleh suara isak tangisnya.
"Kamu tenang, inshaallah Ayah baik-baik aja, kita berdoa untuk Ayah ya." bisik Al pelan di telinga Dinar.
Dinar mengangguk dan mengaminkan ucapan Alvaro, ia hanya ingin menjadi anak yang berbakti walaupun hanya sebentar, ia juga berharap jika nanti Ayahnya sadar, sudah bisa menerimanya sebagai anak.
Alvaro dan Dinar mendekati Dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD. "Bagaimana keadaan Ayah Dok?" tanya Dinar tidak sabaran.
"Beliau mengalami kritis, kita hanya bisa berdoa semoga Ayah anda bisa melewati masa-masa kritisnya." Dinar membekap mulutnya menangis tersedu mendengar keterangan dari sang Dokter.
Setelah Dokter itu pamit, Alvaro segera merengkuh tubuh sang istri. Menenangkan hatinya agar lebih tenang.
Alvaro mengajak Dinar untuk duduk di bangku yang ada di depan ruang UGD sambil menunggu Ayah Hendra di pindahkan ke ruang inap.
Alvaro memandangi Dinar yang tengah sesenggukan mengusap air mata. Tangannya ikut terulur mengusap lembut pipi gadis itu.
Dinar menoleh ke samping memperlihatkan wajah tampan suaminya yang tengah memandanginya dengan senyum. "Jangan sedih ya, kita berdoa untuk Ayah. Jika kita ingin berbakti dengan orang tua, lewat doa pun bisa, dan inshaallah pasti di dengar, Kita sholat." ajak Al lembut. Dinar mengangguk namun sebelum pergi Dinar memeluk Alvaro untuk menenangkan hatinya sekejap.
Setelah tenang, Alvaro mengajak Dinar untuk sholat di masjid yang ada di rumah sakit tersebut.
Selesai sholat Alvaro membawa Dinar ke ruang inap Ayah Hendra yang terdapat dua petugas dari kepolisian yang menunggu di depan pintu ruang VVI, Alvaro dan Dinar masuk. Mereka berdua bisa melihat Ayah Hendra belum sadar dengan alat bantu di tubuhnya.
Perlahan Dinar melepaskan tangannya dari genggaman Alvaro dan melangkah mendekati Ayahnya."Ayah," gumam Dinar ketika sudah berada di samping brankar sang Ayah.
Dengan tangan bergetar Dinar mencoba menyentuh tangan Ayahnya, Dinar tersenyum tipis saat ia berhasil menggenggam tangan Ayah Hendra setelah beberapa tahun tidak pernah bisa menyentuhnya. Jangan kan menyentuh, Ayahnya saja tidak akan mau jika dirinya mendekat.
"Ayah," panggilnya dengan bibir bergetar.
"Ayah harus bisa bertahan ya, Izinkan Dinar ngerawat Ayah."
"Dari dulu Dinar pingin Ayah sayang sama Dinar, seperti Dinar sayang ke Ayah." katanya lagi dengan derai air mata.
Alvaro yang berdiri di sampingnya mengusap pundak Dinar.
Alvaro menoleh kearah pintu saat suara pintu terbuka muncul Ayahnya datang bersama Bunda Alya.
Mereka prihatin melihat kondisi Hendra, yang terlihat lemah dengan alat penunjang hidup di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect love (Alvaro season 2) END
Romance(Sekuel Alvaro) {ᴾˡᵉᵃˢᵉ ᴰᵒⁿ'ᵗ ᶜᵒᵖʸ ᴹʸ ˢᵗᵒʳʸ} ⚠ Awas Baper ⚠ Tidak ada yang namanya berumah tangga, akan selalu bahagia dan terlihat baik-baik saja, pasti akan ada yang namanya ujian di dalam ikatan pernikahan. Begitu pun Alvaro Nazriel Setiawan, ber...