PL 28.

634 54 7
                                    

-Happy Reading-

Meeting yang berlangsung cukup lama akhirnya selesai juga, Alvaro bernapas lega rapat awal ia menjadi CEO di perusahaannya bisa berjalan lancar.

Meskipun ada kendala ketika seorang pria blasteran indo inggris sedikit menghasut mereka. Namun mereka memberikan kepercayaan untuk Alvaro menjadi CEO dan bekerjasama dengannya.

"Kok gue curiga ya sama tuh orang," ujar Aron yang berjalan berdampingan bersama Al.

"Siapa?"

"Bulek tadi," Al mengulum senyum mendengarkan julukan Aron untuk orang tadi.

"Dia punya nama Ron."

"Bodo amat! Kesel gue, ketahuan banget kalau dia mau jatuhin lo." kesalnya.

"Nanti aja kita bahas," ujar sebelum membuka ruangannya.

Ia tersenyum ketika ada Amanda dan juga Khansa, Mereka tengah asyik bermain di sofa, Khansa anteng di pangkuan gadis itu. "Anak Papa rewel nggak sama tante," kata Al sambil menggendong bayi itu.

"Nggak dong Pa. Khansa kan anak pinter," jawab Amanda bernada seperti anak kecil.

Alvaro dan Aron tertawa, Al menciumi pipi putrinya gemas. "Al gue kan udah nggak ada urusan, gue pergi dulu ya." pamit Aron.

"Iya Ron, makasih ya lo udah bantuin gue,"

"Santai aja," Jawab Aron santai.

"Yuk," ajak Aron menarik tangan Amanda.

"Kita pergi dulu ya Al," pamit Amanda yang di angguki Alvaro bersama senyum manisnya.

"Sabar kenapa sih!" sungut gadis itu.

"Lo yang lama, jalan kayak siput." Alvaro terkekeh pelan menggelengkan kepalanya, mendengar debattan antara Aron dan Amanda.

"Yuk kita pulang sayang, Khansa pasti sudah ngantuk." Alvaro menyampirkan tas milik putrinya lalu mengambil tas kerjanya di mejanya.

Keluar dari ruangannya lalu berjalan menuju parkiran Alvaro menjadi pusat perhatian para karyawannya, mereka menatap kagum pada Al yang bisa berkerja meski harus membawa anak, Kerja kerasnya terlihat untuk sang putri.

Sesampainya di rumah Alvaro memberikan Khansa pada asisten rumah tangganya. "Bi. Al titip Khansa bentar ya, saya mau mandi dulu." Asisten itu mengangguk patuh sambil mengambil alih Khansa.

"Iya Den," Alvaro tersenyum sebelum naik menuju lantai atas. Al menyempatkan mengusap pipi Khansa.

Alvaro melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya, sambil melepas kancing kemejanya Alvaro termenung mengingat seseorang yang ada di meeting tadi. Aron memang benar, sepertinya ada sesuatu antara orang itu dan juga pada Kakek Dinar.

Orang yang Alvaro tau bernama Jonas Allison tadi terus melirik dengan senyum miring kearah Kakek Ghani.

Alvaro membuang napas dengan kasar, saat ini ia hanya ingin cepat mandi untuk menghilangkan rasa lelahnya, Al mengambil handuk di gantungan handuk lalu masuk kedalam kamar mandi.

Alvaro terdiam sejenak, ketika melihat peralatan mandi Dinar yang masih tertata rapi. Ia menjadi teringat wanita itu lagi. Segera Al menggelengkan kepalanya kuat-kuat untuk mengusir pikirannya tentang mantan istrinya itu.

{𝕻𝖊𝖗𝖋𝖊𝖈𝖙 𝕷𝖔𝖛𝖊}

Prang!

Suara gelas yang menghantam dinding terdengar menggelegar di sebuah ruangan, di sana terdapat satu wanita yang terduduk meringkuk sambil menangis tersedu.

Perfect love (Alvaro season 2) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang