16 || Berdamai dengan Keadaan

356 24 0
                                    

5 Bulan Kemudian..

Tak terasa, sudah 5 bulan Ara meninggalkan orang-orang di sekelilingnya. Armeira tinggal seorang diri di rumah, terkadang Melan dan Syahnaz menemani mereka sampai waktu isya.

"Bundaaaaaa...." teriak seorang gadis memasuki butik Armeira dengan girang.

Armeira menoleh, memeluk gadis yang memanggilnya dengan antusias. Gadis itu membawa  sebuah kertas yang beberapa bulan belakang hampir membuatnya hampir gila. Kertas itu taruhan masa depan bagi nya. Bagaimana tidak, kertas itu bertuliskan Lulus atau Tidak Lulus dari pendidikan yang sedang ia tempuh.

"Bunda aku luluss!! Aku peringkat kedua nilai tertinggi di sekolah." Gembiranya.

"Wahh.. selamat sayang, bunda bangga sama kamu." Balas puji Armeira padanya.

Gadis yang sedang berdiri di hadapan Armeira, adalah gadis yang dulu sangat engga ia temui. Gadis yang secara tidak langsung membawa Ara terjun ke dalam luka yang dalam dari sebelumnya. Ya, dia Bela. Setelah kepergian Ara saat itu, Bela menemui Armeira ia sangat meminta maaf atas apa yang ia lakukan. Bukan Armeira namanya jika mudah memaafkan, dengan senang hati saat itu Armeira memaafkan Bela. Bela memiliki sifat yang hampir sama dengan Ara saat usia 17 tahun. Ara yang menyukai rambutnya dikuncir kuda atau mengikat sebagian rambutnya menggunakan scrunchie setiap saat. Namun, anak perempuan terhebat yang Armeira kenali hanya Ara, anak kandungnya.

"Jadi boleh Bela panggil tante bunda kayak Kak Ara?" Sahut Bela dengan nada memohon. Armeira mendeliknya, ia tak suka gadis di hadapannya memohon hal yang seharusnya tidak ia inginkan.

Menerima Bela sama hal nya ia harus menerima keadaan yang ada. Bela memang tak bersalah, tidak seharusnya ia berperilaku tak ramah pada Bela. Namun bagi Armeira, melihat Bela sama seperti melihat Jovan yang sedang berselingkuh. Bayangan apa yang ia rasakan saat itu tiba-tiba kembali. Ibu dari gadis yang berdiri di hadapannya adalah seorang wanita yang merusak bahtera keluarga yang susah payah ia pertahakankan demi putrinya, Arabelle.

"Kalau tante keberatan, tak apa. Tante memberi izin Bela main kesini saja, Bela senang." Ucap Bela kemudian tersenyum, memperlihatkan gigi nya yang rapi.

Lama Armeira tak menjawab. Ia melihat dengan dalam mata Bela. "Ya."

"Boleh tante?" Sahut Bela diangguki Armeira. "Makasi bunda, Bela makin senengggggg..." sambungnya.

Armeira merasakan goncangan di lengan kanannya, ia mendengar juga rengekan dari Bela di sampingnya.

"Ish bundaaaa. Kok bunda malah ngelamun sih? Bunda malu-maluin bunda ya, harusnya Bela peringkat 1 ya??" Ucap Bela dengan nada sedihnya. Armeira segera memegang wajah Bela sembari tersenyum seperti bidadari.

"Bunda bangga dong sama Bela. Sekarang Bela kasih tau mamah sama papah gih, meraka pasti sama bangganya kayak bunda ke Bela. Habis itu, Bela bilang sama Mba Nur mau makan apa. Bunda tinggal sebentar mau cek barang ke gudang."

"Ok bun.."

***

Ares bergegas menjalani mobilnya, saat ia mendapatkan telpon dari Bela. Sama seperti Armeira, Ares sudah menganggap Bela sebagai adiknya.

Tak butuh waktu lama agar sampai di butik Armeira. Ares memarkirkan mobilnya, kemudian langsung memasuki butik di sambut oleh Armeira yang sedang diam dekat kasir.

"Hi Ares, mau ke Bela?"

"Iya bun.."

"Wait.

Nur, panggilin Bela di ruangan saya ya. Bilang abangnya udah nunggu di bawah."

"Baik bu." Sahut Nur kemudian bergegas pergi.

"Abanggggg...." teriak Bela sejak ia menuruni tangga. Ia langsung menghampiri Ares yang sedang berdiri dekat meja kasir dengan tangannya yang menjadi tumpuan di dekat mesin kasir.

"Bela, jangan teriak-teriak sayang. Nanti Bang Ares jantungan." Sahut Armeira dengan lembut, membuat Bela kemudian segera menurup mulutnya.

"Hehe maaf bunda, Bela lupa.

Bang, abang janji kalo Bela masuk 3 besar. Abang mau ajak Bela jalan-jalan ke Lembang." Ucap Bela mencoba mengingatkan Ares. Ares tanpak berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Bela.

"Abang lupa?" Ujar Bela dengan wajah sedihnya.

"Engga dong. Masa abang lupa sama janji abang ke adik abang. Jadi mau kapan kita ke Lembang?"

Bela tersenyum senang. Armeira pun tersenyum saat melihat tingkah Bela yang menggemaskan, dan mengingatkannya pada Ara. "Bela mau pergi sama Bunda. Bunda kapan ga sibuk?"

"Bunda ikutin kamu ya nak, kamu mau kapan?"

"Hmm..

Gimana kalau weekend minggu ini? Bela udah ga sabar banget ke Lembang."

"Boleh, weekend ya." Sahut Ares, disetujui oleh Bela.

🥀🥀🥀

Hallo temen-temen, aku comeback nih. Ada yang kangen sama cerita aku ga? Thank you ya untuk kalian yang sabar nunggu up cerita ini..

Gimana kabar kalian?
Aku harap kalian baik-baik aja ya disana..

Jangan lupa vote dan komen ya, kalo ada typo bisa ditandain ok🥰🥰

Arabelle [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang