37 || Hari-Hari di Los Angeles

185 15 3
                                    

Sebelum baca, ayo vote dulu ceritanya🤗 jangan lupa juga beri saran untuk cerita ini ya teman-teman😊

.
⚠️🔞⚠️
.

Ruangan sudah mulai terasa hangat, Arabelle menerjap-nerjapkan matanya untuk memaksimalkan penglihatan serta cahaya yang masuk pada indra penghilatannya. Lehernya terasa nyeri akibat bantal yang cukup keras, namun dugaan nya salah ketika ia melihat bahwa lengan Sadam yang menjadi bantalan tidurnya.

Ia mengingat kejadian semalam. Sadam memasuki kamar Arabelle karena pendengarannya dengan jelas mendengar suara televisi di dalam kamar. Kemudian mereka memutuskan untuk menonton sebuah film action romance dan kemungkinan terbesar Arabelle tertidur sehingga mau tak mau Sadam mengorbankan lengannya. Semalam Sadam memang duduk di samping Arabelle, lengannya ia simpan di sandaran kasur sehingga tepat di belakang kepala Arabelle.

Dan sekarang jangan tanya mengapa posisinya berubah, Arabelle tidak mengetahuinya.

"Sudah bangun?" tanya Sadam dengan mata yang masih tertutup.

"Hmm sorry, tangan nya kesemutan ga?"

"Nope."

"Ah syukurlah," ucap Arabelle sembari mengelus dadanya.

"Semalam kamu ngigo, makanya aku temenin di sini eh malah ikut ketiduran. Sorry!"

"It's ok, makasi juga udah nemenin."

Sadam mengangguk lalu ia bangkit dari tidurnya. "Jam berapa ini?" sahut nya kemudian melihat jam dinding yang terletak di atas televisi.

"Jam 10 rupanya. Jam 11 Marie akan datang, aku akan menyiapkan sarapan lebih dulu kemudian kita bertemu Anne untuk konsul fisioterapi mu," Lanjutnya kini benar-benar bangkit dari kasur.

Sadam menyiapkan sereal dengan susu untuk sarapan mereka. Sebenarnya untuk dirinya sendiri, ia menyiapkan toast untuk Arabelle dan segelas jus untuk pendamping nya.

"Selamat siang," sapa seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam ruangan setelah mendapatkan izin dari sang pemilik.

"Ini Arabelle, kamu akan merawat dia sampai kaki nya sembuh," ucap Sadam tanpa basa basi, mimik wajah yang sangat serius menambah nilai plus untuk siapapun yang melihat nya.

Marie membawa Arabelle memasuki kamarnya, ia membantu Arabelle untuk membersihkan badannya. Marie pun memberi make up tipis untuk Arabelle.

"Sudah lama bekerja dengan Sadam?" tanya Arabelle yang ingin tahu banyak tentang Marie.

"Tidak nona. Aku bekerja untuk bror baru saat ini."

"Sudah ku bilang, panggil saya Arabelle. Bror itu Sadam?"

"Iya kak. Saya dan teman-teman beasiswa memanggilnya bror," Arabelle mengangguk paham.

"Baiklah. Mungkin aku akan memanggil kak, karena Kak Arabelle lebih tua dari ku," setujunya kemudian kembali menata rambut Arabelle.

"Sebelumnya kau bekerja di mana?"

"Tidak bekerja. Aku kuliah di sini, namun karena kebutuhanku yang banyak dan uang beasiswa tidak cukup. Jadi aku memutuskan untuk part time," Jelas Marie.

"Kau berasal dari mana? Bahasa Indonesia mu fasih."

"Thailand. Namun ayahku berasal dari Indonesia, dan aku sempat tinggal di Indonesia selama 5 tahun,"

"Selesai. Kakak memang cantik," lanjutnya.

"Thank you!"

Marie membawa Arabelle menghampiri Sadam yang sudah menunggu di ruang tamu yang sekaligus menjadi ruang tv. Sadam menatap Arabelle tidak mengedipkan sama sekali matanya, seolah ia takut kehilangan setiap gerak-gerik dari Arabelle.

Arabelle [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang