"Mas, aku pesen latte macchiato medium ya." Ucap Ara pada barista sebuah kedai coffe ternama.
"Totalnya 95.000 kak." Ucap barista itu yang merangkap sebagai kasir, kemudian Ara memberikan kartunya. "Ditunggu ya kak." Sambung nya lagi
Tempat ini sering di kunjungi Ara, ia memang penyuka coffe dan tempat ini tak terlalu jauh dari kantornya sehingga sesekali Ara menyempatkan diri untuk membeli coffe disini.
"Atas nama Arabelle?" Panggil sang barista setelah Ara menunggu hampir 5 menit.
"Terimkasih.." ramah Ara.
"KAK ARA?!!" Teriak seorang gadis dari arah berlawanan.
"Hi Bela. Kamu ngapain disini?" Tanya Ara sembari melihat penampilan Ara yang masih mengenakan seragam sekolah.
"Aku mau beli raspberry passion fruit hehe, kakak sendiri ngapain? Hmm aku tebak, pasti habis beli kopi?" Ucap Bela diiringi dengan tawa ringannya. Mendengar itu, Ara mengangguk kemudian tertawa ringan seperti Bela.
"Oh iya kak, sibuk ga?"
"Hmm, engga sih. Kenapa Bel?"
"Aku mau minta pendapat kakak nih, aku mau beli kado untuk papah. Kakak bisa temenin aku?" Ujar Bela dengan nada sedikit memohon di akhir.
Ara sedikit berpikir sebelum menjawab. Sebenarnya, ia harus segera menemui Armeira tetapi ia tak tega melihat Bela pergi sendiri terlebih jam sudah menunjukkan hampir pukul 6 sore. "Boleh. Yaudah kamu beli minum dulu, aku tunggu di mobil. Mobil aku yang itu." Ucap Ara sembari menunjuk ke arah mobilnya.
"Ok kak, wait a minute." Setuju Ara segera memasuki caffe.
Setelah kurang lebih 6 menit menunggu, Bela memasuki mobil Ara. Ia memberitahu bahwa ingin membeli kado untuk sang papa di mall ternama di Bandung, Ara menyetujuinya lalu segera menancap gas menuju mall tersebut.
Perjalanan sedikit macet, di perjalanan tidak ada sama seksli pembicaraan. Bela yang fokus dengan minuman dan ponselnya, dan Ara yang fokus dengan kemudinya.
"Sampe." Ucap Ara setelah memarkirkan mobilnya. Bela melihat sekelilingnya, dan terkejut karena memang ia tak melihat perjalanan sejak tadi.
"Oh iya, aku ada baju ganti. Kalau kamu mau ganti, bisa ganti pake punyaku." Lanjut Ara.
"Boleh kak, bajuku bau apek juga hehe." Setuju Bela. Ara membawa paperbag di belakang kursi kemudi. Tujuan pertama mereka sekarang adalah toilet, sebelum membeli kado untuk papah Bela.
Setalh cukup lama mengitari mall, mereka memilih untuk membelikan jam tangan. Toko ini cukup membuat takjub Ara, terkenal sangat mahal dan Bela sangat berani memasuki toko ini. Ara saja yang sudah memiliki penghasilan, mungkin akan berpikir beberapa tahun untuk membeli jam di toko tersebut. Uang saku Bela menjadi pemikiran Ara saat ini, ia ingin mengetahui soal itu namun jika bertanya itu sedikit privacy bukan?
"Kak, bagusan yang gold apa silver?" tanya Bela sembari menunjukkan kedua jam nya.
"Silver."
"Ok.
Kak, saya jadinya yang silver ya."
***
Setelah mengantar Bela membeli hadiah, Ara memutuskan untuk kembali ke kantor membawa berkas-berkas yang harus ia kerjakan di rumah. Kantor sudah sepi, lampu di beberapa bagian sudah gelap.
"Malem mba." Ucap seorang security yang berada di dalam lift.
"Astagfirullah bapak.. saya kagettt." Sahut Ara sembari mengusap dadanya.
"Hehe saya minta maaf mba. Mas Fadli juga masih ada di atas." Ucap security setelah Ara memijit tombol lantai yang akan ia tuju.
"Fadli?" Kejut Ara diangguki oleh security.
Ara keluar dari lift, ternyata benar. Lampu di meja Fadli masih menyala, begitupun dengan pantry. Ara memutuskan untuk menghiraukan Fadli, ia segera menuju mejanya menyiapkan berkas-berkas yang akan dibawa.
"Ra?" Sapa Fadli yang terkejut karena kehadiran sahabat wanitanya itu. "Ngapain jam segini ke kantor?" Lanjutnya.
"Hi Dli. Ini tadi sore gue ga balik lagi ke kantor, jadi sekarang gue ke kantor buat ambil berkas yang harus gue kerjain." Jelas Ara hanya diangguki Fadli. Pria itu langsung menduduki kursi kebangganya.
"Btw, kamu sendiri ngapain di kantor? Bukan nya lagi ke luar kota ya?"
"Baru balik, sekalian istirahat aja di kantor." Kemudian Ara hanya mengohkan saja ucapan Fadli.
Suasana kembali dingin, Fadli yang fokus pada laptopnya dan Ara yang bingung melirik Fadli. Ini adalah kali pertamanya Fadli mendiamkan Ara dengan waktu yang lama.
"Ra?"
"Dli?"
Mereka menatap mata masing-masing, kedua nya tersipu malu karena bersamaan memanggil. Fadli bangkit dari duduknya, ia berjalan menuju Ara dan memberikan kotak berukuran sedang berwarna coklat.
"Aku beliin itu buat kamu." Ujar Fadli memberikan kotak tersebut.
"Thank you Dli." Fadli menjawab dengan senyuman, lalu kembali ke mejanya. "Aku balik dulun." Sambung Ara.
"Hmm."
***
Ara memasuki rumahnya, rumah terlihat sangat ramai banyak sekali barang yang sedang di packing di ruang tengah.
"Baru pulang kak? Mandi terus makan ya." Sahut Armeira saat mengetahui anak semata wayang nya sudah berada di rumah.
Ara memasuki kamarnya, ia menghempaskan tubuh di kasur terlebih dahulu sebelum membersihkan diri. Ia meraih kotak yang diberikan Fadli, isi kotak tersebut membuat Ara tersenyum. Bagaimana tidak, Fadli memberikannya aromatherapy candle kesukaan Ara. Ara memutuskan untuk berendam air hangat dengan memutar lagu yang membuatnya rilex dan tak lupa menyalakan candle pemberian Fadli.
From +6282*********
Hi kak!
Aku Bela hihi, aku undang kk ke cara birthday papah. Jangan lupa dateng ya, aku mau kenalin kk ke orang tua aku, see yah^^Oh iya, acaranya di Ballroom Nusa Harapan. Nanti aku kirim undangannya ke kantor kk❤
"Nusa Harapan?" Batin Ara sembari membalas pesan dari Bela.
To Bela
Hallo Bel, aku usahain dateng ya hehe🥀🥀🥀
Hallo temen2, maaf banget udah beberapa hari aku ga upload. Tugas kuliah makin banyak karena sebentar lagi udah mau masuk libur natal, buat kalian yang sabar nungguin cerita ini terimakasih banyak❤🌹
Jangan lupa minum vitamin, dan jaga kesehatan ya temen2

KAMU SEDANG MEMBACA
Arabelle [COMPLETED]
Ficción GeneralBagi Ara, Jovan adalah pemberi luka hati pertama untuk anak perempuannya. Ia meninggalkan keluarga nya demi seorang wanita yang menjadikan kekurangan Sarah Armeira menjadi kelebihannya. Jovan hanya melekat pada nama Ara, tetapi tidak di hatinya. Set...