04 || In Your Wedding Day

506 33 7
                                    

Aku pernah memintanya,
Meminta pada Tuhan agar menyatukan kami sampai mau memisahkan.

Aku pernah berseru khusu pada Tuhan,
Meminta agar umatnya tidak menyakitiku seperti sebelumnya.

Aku pernah sangat takut kehilangannya,
Sampai akhirnya ketakutan itu  benar-benar terjadi padaku.

Dan bahkan aku pernah samgat mengharapkanya,
Sampai dia sendiri yang membuktikan, bahwa dirinya tak layak untuk diperjuangkan. Pengorbanan selama ini hampir membuatku membencinya, sebab pria itu ingkar atas semua janji-janji nya yang terlontar.

Namun, rencana Tuhan memanglah Indah. Ia memberitahu mana seseorang yang pantas dan tidak denganku:)

-Arabelle, In Your Wedding Day:)

***

3 bulan sudah berlalu begitu saja, bulan ini adalah bulan yang sangat ditunggu-tunggu oleh Ares dan Wenda. Tepat dengan kehamilannya yang menginjak 7 bulan, Wenda pun akan segera sah menjadi istri Ares. Akad dimulai pukul 9 pagi dan di hadiri oleh keluarga kedua mempelai saja, kemudian resepsi diadakan jam 11 sampai jam 2 siang. Setelah itu, jam 3 akan dilakukan pengajian dan tradisi Sunda untuk kehamilan Wenda.

"Gue heran sama keluarga Ares. Apa ga malu punya mantu hamil duluan?" Sahut Sye berdiri dekat pilar bersama tim WO yang lainnya.

"Kok gue kasian ya sama Mba Ara, dari nol sampe sekarang hari H keliatannya cape banget." Ujar Ogi, salah satu tim WO yang lainnya.

Mereka melihat Ara yang berjalan kocar-kacir memastikan bahwa pernikahan Ares dan Wenda berjalan dengam sempurna. Ara menghampiri teman-temannya, mengetahui itu Fadli segera menyiapkan air mineral untuk Ara.

"Ra, udah lu diem aja! Ga cape apa lu bolak-balik, lagian kalo ada apa-apa pasti mereka bilang ke kita." Gerutu Sye.

"Bener ra. Liat penampilan lu, lu sampe lupa pake concealer. Mata lu mengkhawatirkan tau ga!" Seru Diana menyetujui ucapan Sye.

Ara tersenyum lembut menanggapinya. "Guys.. Ares temen gue, gue harus bikin pernikahannya sempurna."

"Terserah ra! Gue ga mau debat sama lu!" Ketus Sye lalu memalingkan wajahnya tak menatap Ara.

Ara tersenyum manis, ia mensejajarkan posisi berdirinya dengan Fadli. "Iya. Harusnya gue ga gini guys! Bahkan dengan gini, gue makin ngerasa sakit. Seharusnya gue kan yang ada di pelaminan? Seharusnya gue kan yang bahagia? Seharusnya gue kan??" Ucap Ara dalam hatinya.

GREB.
Fadli memeluk Ara erat, wanita di sampingnya baru saja mengeluarkan air mata. Fadli tak mempedulikan bagaimana tanggapan semua orang karena ia memeluk Ara di tempat seperti ini. Fadli membawa Ara ke dalam dada bidangnya, mengusap lembut rambut Ara.

"Nangis ra. Aku tau kamu capek." Bisik Fadli di telinganya, bersamaan dengan itu isak mulai terdengar lebih keras.

Sye melirik ke arah Fadli dan Ara, ia merasa sangat bersalah dengan apa yang dia ucapkan pada sahabatnya. Diana, Sye, dan Ogi berdiri di depan Fadli dan Ara bertujuan agar semua orang tak melihat Ara sedang menangis termasuk Ares. Karena posisi tempat mereka berdiri, persis di samping pelaminan.

"Aku sakit Dli." Ucap Ara dalam isak tangisnya dengan penuh penekanan. Dengan telaten, Fadli mencoba menenangkan Ara.

"Diana?" Sahut pria paruh baya yang melintas di depannya.

"Om Jovan?

Om tamu undangan di sini?" Ucap Diana kaget. Teman-teman Ara, hanya Diana yang mengetahui Jovan karena Diana sempat bertemu dengan Jovan saat Jovan mencari Ara ke kampus saat Ara sedang sidang skripsi.

Arabelle [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang