Ayo vote dan komen🥰🥰
.
.
.Sudah 3 hari Ara di rawat, setelah pernyataannya di jawab oleh Ares keesokan harinya Ara sangat sedih. Ia harus menerima kenyataan bahwa ia tidak bisa aktivitas seperti semula, ia selalu memandangi kaki kirinya yang dipasang gips. Untuk kasus Ara, dokter hanya menyarankan agar kakinya dipasang gips dibanding pen. Retak tulang kering nya tidak begitu parah, hanya saja harus disangga agar tidak terjadi bergerakan tulangnya.
Mata Armeira terus menerus berkaca-kaca melihat anaknya. Hari kedua di rawat Jovan datang menjenguk dengan istrinya, ia ingin membantu uang perawatan Ara namun Ares tolak. Ares berkata Ara adalah tanggung jawabnya sejak dulu.
"Ko di luar rame gitu sih?" Sahut Ara membuka matanya. Ares meletakkan ponsel di meja lalu berjalan ke Ara luar.
"Saya dan tunangan saya kan ingin menjenguk Mba Ara, apa salahnya sih pak?!" Ketus Aulia pada kedua bodyguard yang berjaga di pintu ruang rawat Ara.
Salah satu bodyguard itu berbisik pada Ares, Ares tersenyum picik melihat Aulia.
"Res, lu kalo ada masalah mending ngomong baik-baik sama gua." Hardik Fadli saat melihat tatapan tak bersahabat pada Aulia.
Ares berdecak mendengar ucapan Fadli, ia menatap Fadli dalam sebagai pria. "Apa gue harus sopan sama orang yang jelas-jelas punya niat busuk? Hmm?" Fadli mengangkat sebelah alisnya, ia masih tak mengerti dengan ucapan Ares.
"Lu bisa tengok Ara next time, sekarang dia lagi istrirahat." Sambung Ares, ia kembali menatap sinis Aulia. "Dan gue rasa, Ara belum ada tenaga buat hadepin orang busuk hati!" Lanjutnya dengan penekanan di akhir.
Aulia menatap Ares penuh tanya, ia tak mengerti dengan ucapan Ares namun sedikit paham arah pembicaraan Ares menuju mana. Fadli menarik lengan Aulia meninggalkan ruangan Ara, Fadli di buat emosi oleh Ares.
Di dalam mobil, tidak ada sedikitpun pembicaraan. Fadli hanya diam fokus dengan kemudinya sedangkan Aulia, dia tampak sibuk dengan ponselnya.
***
Hari ketujuh, Ara sudah di perbolehkan untuk pulang namun dengan beberapa syarat yang harus disetujui oleh pihak keluarga.
Ara masih berbaring di kasurnya, menunggu Armeira yang sedang mengurus sisa administrasi perawatannya. Ares sibuk mengemas barang-barang milik Ara.
"Assalammualaikum.." salam seorang anak perempuan sembari membuka pintu ditemani oleh ibunya.
"Papah..." teriaknya saat mendapati Ares di dalam ruangan itu.
"Hallo princess nya papah, gimana lombanya?"
"Hi, Ra." Sapa Wenda
"Hallo, Wen."
"Aku juara 2 pah, papah ga marahkan aku juara 2?"
"Engga dong sayang, kamu duduk di sini. Papah beresin barang Tante Ara dulu ya." Ucap Ares diangguki paham oleh Gwen.
"Biar aku aja." Tawar Wenda merebut pouch dan tas yang sedang di pegang oleh Ares.
"Hallo Gwen sayang.." sapa Ara, Gwen langsung menghampiri Ara ia meminta Ares untuk menggendongnya dan mendudukannya di samping Ara.
"Tante Abel mukanya sakit? Kok biru-biru, tante banyak makan gurita ya?" Cerocos Gwen membuat Ara tertawa.
"Kok gurita?" Tanya Ara sembari mengstabilkan nafasnya yang ngos-ngosan.
"Mamah bilang sama Gwen, kalo Gwen makan terus cumi sama gurita nanti muka Gwen biru karena gurita sama cumi kan ada tinta nya." Papar Gwen.
"Oala, pinter banget sih Gwen." Balas Ara yang bingung harus menjawab apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arabelle [COMPLETED]
General FictionBagi Ara, Jovan adalah pemberi luka hati pertama untuk anak perempuannya. Ia meninggalkan keluarga nya demi seorang wanita yang menjadikan kekurangan Sarah Armeira menjadi kelebihannya. Jovan hanya melekat pada nama Ara, tetapi tidak di hatinya. Set...