"Dli?"
"Ara, ngapain kamu disini?"
"Justru aku tanya kamu, kamu ngapain disini? Ada yang mau sewa ballrom kah? Kok aku ga tau sih."
"Ngga ada. Kamu ngapain disini?" Tanya Fadli menyembunyikan hal yang sebenarnya.
"Oh ini, aku habis dari butik bunda. Terus sekalian bawa makan siang buat Ben, Ben juga minta ditemenin buat cari jas." Ucap Ara dengan antusias.
"Ra, aku mohon kamu jaga diri baik-baik."
"Fadli..
Kamu kenapa sih?"
"Pokoknya kamu inget kata-kata aku. Sampai sesuatu terjadi sama kamu, aku ga bakalan bisa maafin diri aku." Ucap Fadli sungguh-sungguh.
"Aku ke kantor duluan, bye Ra."
"Hati-hati Dli."
Ara kembali melanjutkan langkahnya yang tertuda setelah kepergian Fadli. Ia segera melangkah untuk sampai di ruangan Ben. Ara memasuki ruangan Ben dengan posisi Ben yang sedang bercermin melihat luka lebab di pipinya.
"Ben, are you okay?" Ucap Ara sembari meletakan kotak makan di meja kerja Ben.
"Ga liat muka aku bonyok gini?!!" Sentak Ben membuat Ara tersentak dan sedikit menjauh.
"Sial!!" Teriak Ben, melemparkan kotak P3K ke sembarang arah.
"Kamu kenapa sih?"
"Ga usah banyak tanya! Ngapain kamu kesini hah?!"
Ara tersenyum dengan mata yang hampir tertutup. "Aku cuma anterin kamu makan siang, kalau gitu aku balik ya." Ucap Ara lalu melangkahkan kakinya keluar ruangan Ben.
"Raaa??" Panggil Ben dengan harapan Ara membalikkan badannya.
"ARGHHH!!"
Ara menjalakan kendaraannya denga hati-hati. Ia baru kali ini mengetahui bahwa Ben tempramen seperti itu, ia menghubungkan Ben dengan Fadli. Ia berpapasan dengan Fadli tak jauh dari ruangan Ben, dan di lantai itu hanya ada ruangan Ben.
***
Sudah hampir 2 hari Ben terus menghubungi Ara. Sejak kejadian itu, ia sadar bahwa berbicara kasar pada Ara bukan bagian dari rencananya. Ben memutuskan untuk menghampiri Ara ke kantor, namun sayangnya Ara sedang meeting dengan klien nya.
"Lu boleh hancurin gue, tapi tidak untuk kedua kalinya hancurin seseorang yang gue sayang!" Teriak Fadli di tangga darurat. Ara tak bermaksud untuk menguping, namun ia pikir persoalan itu ada sangkut paut dengannya.
"Gue ga akan biarin lu hancurin Ara!" Teriak Fadli lagi.
Ara melihat keberadaan Fadli dari kaca pintu, di hadapannya ada seorang pria mengenakan pakaian lebih formal dari Fadli. Ara sangat penasaran dengan pria tersebut, tetapi wajahnya mrnghadap Fadli otomatis membelakangi pintu.
"Raaa?"
"Astaga Diana! Lu kagetin gue tau ga." Herdik Ara dengan nada sedikit tak suka.
"Sorry hehe. Oh iya, tadi ada Ben. Cuma gue ga tau dia kemana lagi."
"Ben?" Diana mengangguk membenarkan ucapan Ara.
Ara melirik ke dalam tangga darurat. Di dalam sana sudah tidak ada sosok Fadli dan seseorang itu. Ara melirik Diana lalu pergi meninggalkannya untuk pergi ke basement. Sampai di sana, ia tak melihat mobil Ben yang terparkir begitupun dengan mobil Fadli.
🥀🥀🥀
Ara memutuskan untuk menghadiri pesta ulangtahun orang tua Bela. Ia memakai pakaian semi formal berwarna navy. Ara duduk di meja tak jauh dari stage, meja yang memang sudah di persiapkan oleh tim acara. Ara akan dimulai pukul 7 malam, sedangkan sekarang jam ponsel Ara masih menunjukkan pukul 6.30.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arabelle [COMPLETED]
Ficción GeneralBagi Ara, Jovan adalah pemberi luka hati pertama untuk anak perempuannya. Ia meninggalkan keluarga nya demi seorang wanita yang menjadikan kekurangan Sarah Armeira menjadi kelebihannya. Jovan hanya melekat pada nama Ara, tetapi tidak di hatinya. Set...