50 || Sudut Pandang Ares

792 19 2
                                    

Wanita yang Sangat Aku Sayangi, Arabelle.

.
.
.

Arabelle de Jovanka, nama yang ku baca pada nametag kecil yang digunakan gadis dengan rambut cepolnya. Wajahnya nampak pucat pasi akibat upacara ospek hari pertama ini. Dia di bawah oleh petugas media untuk beristirahat di lobi rektorat. Aku memperhatikan setiap gerak-gerik gadis itu di lobi, ia yang berhati-hati memegang cangkir teh dan pelahan memakan cookies yang diberikan petugas.

Sampai akhirnya, aku bertemu lagi dengan gadis itu di jalan. Ia berjalan dengan hati-hati entah kemana, mungkin ke halte yang jaraknya lumayan jauh dari kampus.

"Hallo, mau diantar?" Sapaku untuk pertama kalinya. Ia nampak bingung saat itu, langkahnya mundur seolah menandakan bahwa ia tak biasa berinteraksi dengan orang asing.

"Haha, bukan orang jahat kok." Ucapku mengerti, aku memperlihatkan nametag kepanitiaan ospek milikku.

"Maaf kak, saya tidak tau." Ucapnya lalu membungkuk.

"Eh ga usah, sans aja." Tahanku agar ia tak membungkuk. Terkesan aku ini sangat senior jika begitu.

"Jadi gimana, mau bareng?" Tanyaku lagi memastikan.

"Tidak kak, terimakasih."

"Ok. Saya Ares." Ucapku sembari memberikan tangan kanan untuk bersalaman.

"Arabelle kak, kalau begitu saya duluan ya kak." Sahutnya pergi begitu saja tanpa membalas uluran tanganku.

Aku mengendarai motorku pelan di belakangnya, bukan apa. Hanya memastikan jika gadis itu tak apa-apa, apalagi pagi tadi ia harus mengibarkan bendera putih akibat tidak tahan lalu tumbang di pertengahan kegiatan upacara.

"Bro, lu pegang anak B0021A kan?" Ucapku pada seorang teman di sambungan telpon.

"Iye, napa?!"

"Gue boleh minta nomornya Arabelle? Dia anak asuh lu."

"Lah buat apa? Mau lu mangsa?"

"Banyak tanya lu. Ini nametag nya jatuh, gue mau kasih ke dia. Lu tau sendiri kalo besok ga pake nametag tuh anak bisa di hukum kan?"

"Alibi mulu lu, sini kasih gue biar gue yang kasih."

"Anjing lu, buruan dah."

"Iye njing gue send sekarang."

PIP.
Sambungan telpon terputus, tak lama Qiran memberikan nomor Arabelle. Qiran adalah temanku, bisa dibilang ia adalah sahabatku.

Setelah Arabelle masuk ke dalam salah satu angkutan umum, aku melajukan motor dengan kecepatan normal tepatnya kecepatan standard seorang Ares Putra.

Malam tiba, aku memberanikan untuk mengirim pesan apa Arabelle. Ia berhasil membuat fokusku terbagi dua. Wajahnya terus menghantui pikiranku, gadis manis.

 Wajahnya terus menghantui pikiranku, gadis manis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Arabelle [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang