38 || I Wanna But ...

179 17 0
                                    

Sesuai dengan janjinya, siang ini Sadam sudah melajukan mobilnya ke Santa Monica. Sadam ingin memberitahu bahwa pemandangan di Santa Monica tak kalah indah dengan pantai yang kemarin mereka kunjungi.

"Orange?" tanya Sadam sembari memberikan se cup jus jeruk pada Arabelle.

Arabelle mengangguk, lalu membawa alih cup orange dari genggaman Sadam. "Thanks!"

"Ternyata ga banyak yang berubah dari Arabelle yang ku kenal. Kau masih sangat menyukai pantai."

Arabelle tersenyum, menatap ombak yang gemuruh di depannya. "Bagiku, pantai bukan sekedar pasir dengan ombak. Tetapi seperti makhluk hidup, yang bisa menenangkan segala kekhawatiranku."

Sadam mengangguk, ia merubah posisi menjadi menghadap pada lawan bicaranya. "Oh ya. I need your honest answer."

"Hmm, what?"

"Kemarin kenapa bisa kau bertemu dengan Amber?"

"Soal itu. Kemarin dia mengajakku untuk berkeliling. Kebetulan aku ingin membelikan hadiah untuk bunda dan pernikahan Ares."

"Dia tidak berbuat macam-macam?"

"Tidak. Dia sangat baik, pantas saja Am-" ucap Arabelle namun mengurungkan niatnya untuk melanjutkan perkatannya.

"Am?" Tanya Sadam.

"Tidak, tidak. Sepertinya aku lupa akan berbicara apa," ujarnya lalu meminum kembali orange, dengan tujuan untuk menghilangkan gugupnya.

Sadam mengacak-ngacak rambut Arabelle yang hampir berantakan akibat tiupan angin yang cukup kencang. Arloji menunjukkan pukul 2 siang, Sadam mengajak Arabelle untuk memasuki salah satu restoran terkenal di Santa Monica.

Mereka berdua memasuki sebuah rooftop yang sudah dihiasi sehingga terlihat sangat romantis. Sadam membantu Arabelle untuk duduk di hadapannya, tak lama seorang pelan membawakan appetizer untuk mereka. Berlaku setelah itu main course lalu dessert.

Setelah selesai dengan makan siangnya, Sadam mengintrupsi salah seorang pegawai restoran dengan pakaian berjas hitam untuk membawakan kotak kecil berwarna merah.

Sadam meraih kedua tangan Arabelle untuk ia genggam. Lalu terdengar musik romantis, dan suasana tidak begitu panas karena angin lebih dominan menguasai. "Arabelle?" panggilnya, Arabelle menganggukkan kepalanya.

"Mungkin ini terlalu mendadak untuk mu. Tapi aku sudah menyimpan perasaanku sejak kita bertemu di Batukaras. Awalnya aku takut kau akan menjauh setelah tau siapa aku ini sebenarnya. Mungkin kau sudah banyak tau siapa aku, entah itu dari Anne, Amber, ataupun Marie. Tapi satu hal yang harus kamu ketahui Ra. Aku sangat menyayangimu, aku ingin kamu selalu ada untukku begitupun aku selalu ada untukmu."

"Haha. Aku memang tidak bisa berbicara hal romantis, but.. would you be my girlfriend Ra?" final Sadam lalu menghela napasnya, dan bersiap-siap mendengar jawaban dari Arabelle.

Arabelle terkejut, apa yang ia pikirkan soal Sadam seolah-olah diruntuhkan kembali. Ia pun menyukai Sadam, namun rasa suka itu masih seakan terhalang jika mengingat seberapa berharga Amber untuk Sadam.

"Aku takut jika menerimamu masuk ke dalam hatiku, justru itu menjadi awal dimana aku memiliki luka baru kembali," batin Arabelle.

"So?"

"Sadam? Ini mungkin akan terdengar sangat konyol. Tapi, aku memang menyimpan sedikit perasaan padamu. Dan entah apa yang membuat aku belum sepenuhnya bisa menerimamu. Mungkin karena kita jarang berkomunikasi, atau hal semacam yang bisa saja mendukung hal itu."

Arabelle [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang