18 || Kembali

297 20 2
                                    

"Bunda....."

Satu prinsip yang ku pegang saat ini, people come and go. Manusia datang untuk pergi, pergi untuk datang di kemudian hari dengan chapter terbaru versi waktu yang berubah.

Setelah memikirkan lama tindakanku, aku memutuskan untuk kembali ke Bandung. Bi Narsih terus memaksaku untuk memikirkan bagaimana bunda jika lebih lama aku tinggal. 1 tahun hidup dengan Bi Narsih tanpa berkomunikasi dengan orang-orang terdekatku memanglah epic. Dengan kesedihannya yang berlarut, Bi Narsih berusaha untuk menyembuhkanku dari duka yang ku hadapi.

"Tak apa, hal itu memang butuh waktu. Tak perlu terburu-buru untuk menerima hal yang membuat mu bersedih. Kehilangan orang yang kita sayang, memang bukan rencana kita kan? Tapi Tuhan, Tuhan punya kebahagiaan versi terbaik untuk kita. Tuhan tau mana orang yang memang perlu di singkirkan agar kita bahagia, di singkirkan demi kebahagiaan semua umatnya dengan jalan dan cara mereka masing-masing. Biarkan orang di luar sana berbicara yang tidak-tidak tentang neng.

Kita sama-sama di pisahkan dengan orang yang kita sayangi. Bedanya, suami dan anak bibi lebih dulu Tuhan panggil untuk menghadapnya. Sedangkan neng, mereka pergi untuk kebaikan neng."

Kata-kata yang masih terngiang-ngiang di pikiranku saat ini. Saat ini, meninggalkan Bi Narsih pun sangat berat untukku. Aku merasakan pelukan hangat bunda yang merindukanku, selama setahun kemarin aku memang tak menghubungi bunda. Aku menutup semua aksesku dengan orang-orang sekitarku. Selama di Batukaras, aku membeli kartu baru yang hanya di ketahui oleh Bi Narsih dan Sadam.

"Bunda kangen nak, sama kamu. Kamu apa kabar sayang?" Sahut bunda dengan matanya yang berkaca-kaca. Aku tersenyum, menghapus air mata haru yang meluncur bebas di kedua pipi bunda.

"Aku baik bun. Ara kangen bangettttt sama bunda!"

"Bunda apalagi sayang."

Bunda terus memelukku, oh ya. Kami sedang di rumah, hari ini hari minggu seperti biasa bunda tidak pergi ke butik. Kembalinya diriku, tidak diketahui oleh siapapun. Bunda menjadi orang pertama yang ku temui. Bunda menyuruhku untuk beristirahat, sembari beliau memasak makanan kesukaanku. Perjalanan cukup memakan waktu, jam menunjukkan pukul 5 sore. Aku memutuskan untuk membersihkan diriku terlebih dahulu, kemudian berbaring di kasur kesayanganku yang 1 tahun aku tinggalkan.

"Gimana, enak?"

"Selalu. Masakan bunda selalu enakkkkkkk.."

"Bi Narsih apa kabar?"

"Baik bun, oh iya Bi Narsih juga titip salam untuk bunda."

"Waalaikum salam."

"Bi Narsih cerita banyak soal kenapa memutuskan untuk diam di sana bun. Bi Narsih juga banyak cerita soal bunda pas remaja, mirip aku katanya haha."

"Haha.. udah-udah, kamu makan dulu. Nanti cerita lagi." Aku mengangguk paham.

🥀🥀🥀

"Bun, hari ini aku mau ketemu Sye sama Diana juga. Nanti sore aku jemput bunda." Ucapku, sebelum bunda memutuskan untuk turun dari mobil.

"Sore bunda ada urusan sama mamah nya Ares, kita punya project bareng. Nanti bunda cerita ya soal project nya, kamu nanti langsung pulang aja ke rumah."

"Ohh gitu, ya udah bun. Aku jalan ya bun, assalammualaikum."

"Hati-hati ya sayang, waalaikum salam."

Aku meninggalkan parkiran butik bunda. Memutuskan untuk segera menuju apartemen Sye. Tentunya aku sudah menghubungi dia semalam, Sye sempat memarahiku di telpon.

Arabelle [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang