35 || Satu Hari Bersama Ayah

239 16 0
                                    

Hallo guys i'm back setelah sekian lama kehilangan inspirasi untuk cerita ini muehe.

Part ini sedikit pendek, karena feel dari Arabelle untuk ayah nya masih belum terlalu besar. Jangan lupa like dan comment ya!!🥰

.
.
.

Sekitar pukul 9 pagi Jovan tiba di kediaman Armeira. Armeira memberitahu bahwa Ara masih tertidur, pagi buta anaknya itu meminta Wenda untuk mengantarnya ke kamar Armeira karena tidurnya harus terganggu akibat hal-hal yang ia pikirkan.

"Dia takut terlalu merepotkan kamu untuk mendorong kursi rodanya." Jawab Armeira saat Jovan menanyakan mengapa Ara tertidur pukul 5 pagi.

"Anak mu sangat perasa, hatinya rapuh bahkan sebelum ia membahagiakan dirinya ia harus membahagiakan orang terlebih dahulu." Celetuk Armeira sembari menyusun piring-piring yang baru saja ia cuci.

"Nenek.. Gwen sekolah dulu ya, Gwen ada lomba mewarnai hari ini." Ucap Gwen sembari mendekati Armeira.

Armeira mengeringkan lengannya terlebih dahulu sebelum memeluk cucu angkat yang sangat ia sayangi itu.

"Bun, Wenda pinjem mobil nya ya."

"Ya Tuhan sayang, pakai saja. Bunda masih ada mobil Ara, kamu bebas pakai yang mana saja." Ujar Armeira.

Wenda memang sudah di anggap sebagai anaknya sendiri. Armeira sudah meminta Wenda untuk tinggal bersamanya, dan meminta Wenda untuk pindah ke rumah Melan kalau-kalau ia merasa sungkan untuk tinggal bersama Armeira.

Perihal Wenda yang sudah menerima Ares lagi memang masih dirahasiakan. Ares akan memberitahu semuanya bertepatan dengan kepergian Ara ke Los Angeles.

Wenda mengangguk, ia membawa kunci mobil yang menggantung samping kulkas. Armeira memasuki kamarnya untuk mengecek Arabelle.

Tepat pukul 11, Arabelle sudah siap dengan pakaiannya yang senada dengan Jovan. Jovan membantunya untuk memasuki mobil, keduanya berpamitan pada Armeira.

***

Jovan memarkirkan mobilnya di salah satu restoran yang biasa ia kunjungi. Ara memang belum sempat sarapan tadi, ia tak enak karena Jovan sudah menunggunya sangat lama. Jovan memesankan nasi tim dengan jus mangga yang diinginkan oleh Arabelle.

"Ayah ga makan?" Tanya Ara dengan tatapan dingin. Berbeda dengan Jovan, panggilan yang baru saja di lontarkan oleh Ara membuat jantung nya berdebar.

Jovan sudah lama menginginkan Arabelle untuk memanggilnya ayah seperti tadi. Pelahan Jovan mengukir senyuman di wajahnya, matanya sudah mengeriput saat ini.

"Engga nak. Ayah sudah sarapan tadi." Jawab Jovan, Ara hanya mengangguk acuh lalu melanjutkan makannya.

Gadis perempuan di hadapannya kini sudah tumbuh besar. Tumbuh menjadi perempuan tegar yang seolah baik-baik saja menghadapi semua masalah yang menimpanya. Tetapi mata Ara menunjukkan kesedihannya saat ini, sejak tadi ia tak berani menatap Jovan makanpun ia menunduk sembari sesekali terlihat menyingkirkan air matanya yang akan menetes.

Setelah selesai, Jovan kembali menjalankan mobilnya menuju restoran miliknya. Di perjalanan Jovan bercerita bahwa restoran itu di bangun sesuai dengan keinginan Arabelle saat kecil.

Mobil Jovan kini melewati jalan masuk menuju restorannya yang berjarak kurang lebih 130 meter dari gerbang utama ke restorannya. Suasana yang natural karena banyak pohon rindang membuat Ara membukakan kaca mobilnya. Setelah melewati taman dengan pohon cemara, Jovan akhirnya memarkirkan mobilnya. Kemudian ia membantu Arabelle untuk duduk di kursi rodanya.

Arabelle [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang