26

313 48 17
                                    


Matanya sudah tertutup rapat, namun tidak dengan isi kepala dan hatinya yang sedang bertengkar. Keduanya selalu saja cekcok jika Reyhan sedang berada pada suatu masalah yang berkaitan dengan cinta.

Isi kepala dan isi hati selalu saja seperti itu. Tidak pernah berpendapat yang sama. Tidak pernah kompak. Namun tetap saja pada akhirnya hati selalu mengalah, dan membiarkan isi kepala menjadi pemutus suatu masalah.

Malam semakin larut, bahkan ini bukan malam lagi, hari esok sudah berganti menjadi hari ini. Jam menunjukan pukul 01.30 tapi Reyhan belum juga tertidur hanya karna memikirkan apa yang emaknya bilang semalam tadi.

Hati Reyhan mengatakan jika dia memang betul mencintai Lasmi. Tapi tidak dengan otaknya yang mengatakan jika Reyhan hanya mencintai Maya. Cintanya pada Lasmi tidak lebih dari seorang teman. Itu saja. Tidak lebih juga tidak kurang.

Betul apa yang Ajat ucapkan. Reyhan ragu untuk mengakui jika dirinya mencintai Lasmi karna gadis itu adalah teman dekatnya. Sedangkan Maya, dia adalah orang lain yang mampu memikatnya, sehingga Reyhan yakin bahwa dia hanya mencintai gadis itu. Dan menolak jika dihatinya ada Lasmi.

Atau mungkin, Lasmi ada dihatinya namun tidak dianggap spesial. Seperti saudara tiri yang tinggal pada sebuah atap rumah yang sama. Hadir, menetap, namun tidak spesial seperti saudara kandung.

Tanpa terasa suara ayam berkokok sudah terdengar. Reyhan sempat terkejud, ia berjalan kearah jendela, menggeser gorden polos hijau kamar lalu membuka jendela itu lebar-lebar. Sesingkat inilah malam? Tanpa Reyhan sadari jika semburat jingga sudah terlihat sangat jelas ditimur.

Peretengkaran isi kepala dan juga hatinya membuat Reyhan tidak bisa tidur malam ini, bahkan tidak sadar Adzan subuh berkumandang.

Matanya terpaku pada benda pipih bulat yang tertempel lama didinding. Sudah pagi, dan rasa kantuk kini mulai menyerangnya, tapi hari inu dia harus sekolah. Ah, sial.

Reyhan dengan cepat mengambil handuk dan langsung berlari kekamar mandi, tentu saja untuk membersihkan tubuhnya, semoga saja air dingin pagi ini mampu menahan kantuknya hingga sepulang sekolah. Meskipun sangat mustahil.

Setengah jam kemudian Reyhan sudah siap dengan seragam yang ia kenakan, sepatu juga atribut lain bagi seorang siswa. Karna ini masih samgat pagi Reyhan memutuskan untuk memakai jalet kesekolah. Jika tidak, takut dia beku saat mengendarai motor.

Emak yang sedang masak untuk sarapan pagi pun terkejud saat Reyhan muncul disampingnya secara tiba-tiba.

"Bapak pulang jam berapa, emak?" tanya Reyhan pada emak yang sedang membalikan ikan yang sudah kekuningan itu.

Emak mendongah. "Siang juga udah sampe bandara." Lalu fokus pada masakannya kembali.

Reyhan mengangguk, pertanyaannya ini tidak lain hanyalah sebuah basa-basi untuk memulai percakapan.

"Reyhan berangkat sekolah dulu, mak," pamit Reyhan meraih tangan kanan emaknya kemudian mencium tangan itu dan beralih pada pipi emaknya.

"Ini masih pagi, Rey. Sarapan dulu." Tanpa emak tau jika Reyhan berangkat sepagi ini agar bisa tidur sebentar didalam kelas sebelum ada guru datang.

"Pagi ini ada mata pelajaran olahraga, emak. Jadi, Reyhan bangun lebih awal." Reyhan berbohong, dan emak percaya begitu saja.

"Tapi sarapan dulu, Rey. Apalagi ini bagian olahraga bisa-bisa pingsan Lu kalo gak makan dulu."

"Reyhan bisa sarapan dikantin, emak." Tas yang semula diletakannya dimeja kemudian diraihnya, mencangklek nya dibahu sebelah kanan.

"Assalamualaikum," ucapnya dan pergi dari hadapan emak.

Pasangan Bobrok Tanpa StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang