Reyhan mematikan mesin motornya, melepas helm lalu turun dari roda dua itu. Berjalan kearah gerbang menuju rumah Lasmi.
"Assalamualaikum."
Sesampainya didepan pintu, segeralah Reyhan mengetuk pintu berwarna cokelat ketuaan itu.
Beberapa kali mengetuk pintu, namun tak kunjung pemilik rumah membukanya. Reyhan akhirnya ber-inisiatif untuk menelfon Lasmi saja. Bersamaan dengan berderingnya panggilan, pintu terbuka menampilkan seseorang berpakain gamis dan hijab syar'i.
"Wa'alaikumsalam, eh ada nak Reyhan," jawab Bunda Sari. Reyhan meraih tangan bunda lalu menciumnya lembut.
"Pasti cari Lasmi yah?" tebak Bunda tepat sekali.
Reyhan nyengir. "Iya, Bun. Bunda tau aja." Keduanya tertawa ringan.
"Yaudah, masuk. Bunda buatin minum dulu," tutur Bunda dengan nada bicara yang sangat lembut.
"Bun, minjem hp dong, adek gadak pulsa sama kuota, mau nelfon Re—Bajang! Lo Ngapain disini? Tadi lo nelfon gue mau apa? Ada hal penting?"
Bunda menggeleng kecil. "Sana temuin, jangan dulu ngoceh," lalu pergi kedapur untuk membuat minuman.
Reyhan memonyongkan bibir beberapa senti membuat Lasmi bergidik ngeri melihatnya. "Sini sini duduk."
"Tumben banget, kenapa?"
Reyhan mengambil nafas dalam-dalam menghembuskan dengan kasar. "Lo tau gak sih Nil, gue melewati terjal, bebatuan, sungai, laut, hutan untuk sampe kerumah lo."
"Lebay amat lo," ejek Lasmi memutar bola mata malas.
"Ihh, gak mau gak suka lebay."
"Gelay!"
"Ini gue mau kasih sesuatu buat lo," Reyhan menyerahkan paperbag yang sudah ia bawa dari rumah meski saat diperjalanan tadi dia sempat malu setengah waras.
"Apani?" tanya Lasmi sambil menerimanya.
"Buk– eh ntar aja, ada Bunda."
"Ini minumannya," Bunda meletakan satu gelas teh beserta takaran nya. "Kalian ngobrol aja dulu, Bunda mau Asharan." Lanjut Bunda kemudian pergi.
Lasmi membuka mulut hingga berbentuk huruf 'O' dirinya melirik sekilas Reyhan lalu kembali melihat pada jinjingan ditangannya.
"Lo jauh-jauh cuma buat ngasih ini? Lo beli sendiri?" tanya Lasmi sedikit keheranan.
"Itu dari emak, dia maksa gue buat nganterin ke lo," jelas Reyhan benar adanya.
"Banyak banget, ukurannya juga beda, ada siang malamnya."
"Hah? Siang malam gimana?"
"Ada yang untuk siang dan malamnya."
"Kaya skincare aja, ada siang sama malamnya."
"Maks–" Lasmi menggantungkan ucapannya toh sekalipun dia menjelaskan Reyhan tak akan paham. Dan kalopun nanti paham pasti dia akan kepo, tentu saja itu akan mempersulit dirinya untuk menjawab. Jadi biarkan saja apa katanya.
"Kenapa?"
"Bilang ke emak, makasih banyak dari gw," Lasmi mengkerutkan dahi setelah dirinya berucap itu Reyhan malah berdecak seolah kesal.
"Kok muka lo kusut? Belum disetrika?"
"Lo tau gak Nil, tuh pembalut make ada acara jatoh segala lagi dijalan, hadeuh mengsedih," curhat Reyhan yang mendapat gelak tawa dari Lasmi.
"Ko bisa?" tanya Lasmi setelah berhenti dari tertawanya.
Reyhan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi ketika ia mengantarkan bingkisan itu kepada Lasmi. Rasa malunya kembali menyelimuti saat teringat Endang yang pada saat itu mentertawakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasangan Bobrok Tanpa Status
Teen FictionKarna emang mereka itu deket banget cuma ya ... tanpa ada ikatan status gitu. Aku nulis cerita ini berdasarkan kisah nyata sepupu ku, gak semua si cuma sebagian yang aku ambil, dan sebagian lainnya aku tambahin biar lebih uwwu.