29.

263 40 39
                                    

Happy reading and if there is a typo, please say, oh yes, one more thing, don't forget to vote and comment.

***

Mereka berdua masuk kemall menaiki taxi, tentu saja menggunakan uang pemberian dari bapak Reyhan. Banyak pasang mata yang terfokus pada mereka, mungkin karna ini masih jam belajar dan mereka memakai seragam sekolah, bisa jadi orang-orang itu berfikiran jika Reyhan dan Lasmi bolos.

"Mbak," sapa Reyhan kepada seorang wanita umur dua puluhan. Kakinya berjalan untuk mendekat pada orang yang ia sapa tadi. Mungkin jaraknya hanya beberapa centi saja.

Kedua tangan ia masukan kedalam saku, netranya menatap seseorang yang sudah berada didepan mata. Terlihat warna merah jambu dikedua pipi wanita itu, mungkin dia tersipu dan Reyhan hanya dapat menyunggingkan senyum kecilnya.

"Kenapa nunduk?" tanya Reyhan memainkan sebelah alisnya. Dijarak yang tidak jauh Lasmi mengumpat habis-habisan Reyhan karna mengabaikannya.

"Kamu liatin, aku terus sih." Wanita itu tersipu malu, terlihat dari cara dia yang salah tingkah dan membuang pandangannya kebelakang.

"Tadi saya diliatin mbak gak nunduk, malahan nyamperin mbak." Wanita yang tadi menunduk karna salah tingkah itu rileks menatap Reyhan.

"Loh? Ng-ga kok," jawab wanita itu dengan kalimat yang patah-patah.

"Mbak kenapa sih? Ko gelagapan kaya ikan didarat? Ngaku aja mbak, gausah malu. Biasanya juga malu-maluin. Dan satu pesan saya, kalo gak suka sama orang mending mbak ngomong langsung. Samperin orangnya terus bilang kalo mbak gak suka sama dia." Suasana mall yang ramai seketika hening saat kata diakhir kalimat yang Reyhan ucapkan.

"Maksud kamu?"

"Mbak cantik, tapi mulutnya busuk ih." Enam kata satu kalimat yang Reyhan ucapkan tadi membuat seisi kepala wanita itu dikerumuni banyak pertanyaan.

Reyhan membawa Lasmi pergi, lebih tepatnya pindah tempat agar tidak melihat wanita tadi.

"Lo kenapa sih?" tanya Lasmi. Dia bingung bahkan sangat bingung karna Reyhan tiba-tiba saja berkata seperti tadi kepada wanita itu.

"Lo bonge kah?" tanya Reyhan saat kakinya dan juga Lasmi tiba di eskalator mall.

"Enak aja! Pendengaran gue masih berfungsi secara normal!"

"Kalo masih normal, ko gak denger si tante itu ngumpatin kita? Ralat, ngomongin."

"Gue gak denger Jang."

"Yaelah." Kakinya sudah mulai melangkah setelah eskalator itu membawa mereka keatas.

"Ih apaan? Gue kepo nih." Saat akan maju untuk melangkah, mendadak Reyhan menahan diri untuk tidak maju ketika Lasmi menghadangnya dari depan. Awalnya ia tidak ingin membahas namun Lasmi tetap kekeh ingin tahu.

"Mbak tadi itu ngomongin yang kagak-kagak tentang kita," kata Reyhan.

"Gimana?" tanya Lasmi.

"Udah ah jangan dibahas, kapan makannya kalo gini terus."

Lasmi mengangguk kecewa. Langkah kaki membawa mereka berdua ke sebuah tempat makan yang menu utamanya adalah pancake.

"Mbak, pancake dua sama susu angetnya 2 yah," ucap Reyhan sedikit berteriak kepada wanita yang berjarak 2 meter dari tempatnya duduk.

"Pancake? Gada seblak?" tanya Lasmi.

"Disini gadak."

"Gue maunya seblak Jang, ayok cari," sahut Lasmi sambil mengedarkan pandangannya, mungkin mencari tukang seblak.

Pasangan Bobrok Tanpa StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang