38

201 28 46
                                    


Aku udah baca-baca ulang dan revisi, semoga gak ada typo. Tapi kalo ada, jangan lupa bilang yah^^

****

Lasmi berjalan melewati dua orang yang sedang duduk di soffa. Kakinya terus melangkah, mengabaikan panggilan dari Bunda dan Kakak-nya.

Bunda tercekat, tak mengerti dengan apa yang terjadi pada putrinya. Sebagai seorang ibu tentu saja khawatir adalah sifat yang wajar sekali. Begitu juga dengan Ardy sang kakak, sebagai anak pertama tentu saja dia juga takut terjadi apa-apa dengan Adiknya.

Bunda yang penasaran dengan apa yang terjadi pada anaknya, segera bangkit dari duduk dan mulai melangkahkan kaki. Namun baru saja melangkah, Ardy menahan Bunda.

"Kenapa kamu tahan Bunda?" tanya Bunda. Kini Bunda sudah tak lagi mengucurkan banyak air mata. Bunda senang ketika sang putri pulang, meskipun rasa khawatir masih merasuki.

"Biarin dia istirahat dulu, Bun. Nanti Aa yang coba bicara sama adek, yah." Ardy mengelus bahu bundanya sambil tersenyum.

Ardy mengetuk pintu, ia menghela nafas, mendorong pintu yang tak dikunci itu. Duduk disebelah sang adek yang sedang memeluk bantal guling.

"Kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Ardy.

"Keluar!"

"Jangan buat khawatir, kasian Bunda!"

"Keluar sekarang!"

Kali ini Ardy tidak bisa berbuat apa-apa sepertinya adek satu-satunya ini benar-benar sedang tidak ingin diganggu.

"Yaudah, mandi sana, badan kamu bau komodo," ucap Ardy ketika sudah berada di depan pintu hendak keluar kamar.

Lasmi melempar bantal guling yang tadi di peluknya. "Gausah, nyebelin!"

Ardy memajukan congornya. "Apakah saya peduli?"

"KELUAR SEKARANG!" Ardy menelan saliva, buru-buru dia keluar takut sang empu berubah jadi benteng.

Ardy menemui bundanya yang baru saja selesai melaksanakan solat Isya. Sebelum bicara, Bunda sudah lebih dulu melihatnya. "Gimana, adekmu?"

Ardy menggeleng. "Dia belum mau ngomong, bund. Kayaknya dia lagi gak mau bicara dan di ganggu," jelas Ardy.

Bunda mengangguk seraya tersenyum, tangannya terangkat mengelus rambut anak pertama-nya itu. "Biarin aja dulu, nanti bunda coba temuin adek kamu."

Satu piring nasi goreng dan segelas susu putih diletakan diatas nampan, dengan langkah santai bunda berjalan menuju kamar putrinya. Nampan yang awalnya dibawa oleh kedua tangan kini diambil alih oleh tangan kiri, sedangkan tangan kanan bertugas membuka pintu. Dengan senyuman manis-nya bunda masuk, menutup pintu lalu meletakan nampan di meja belajar.

Bunda duduk dipinggiran kasur, menatap anaknya yang sedang tertidur dengan posisi miring. Tidak, bukan tidur. Dia sama sekali tidak memejamkan mata.

"Bunda buatin kamu nasi goreng, makan yah," Bunda mengelus kepala Lasmi yang masih terbalut oleh jilbab-nya, bahkan masih dengan pakaian sekolahnya.

Lasmi menggeleng. "Gak laper. Bunda aja yang makan," ucapnya.

"Kok bunda? Kan yang belum makan kamu, Nak." Bunda mengusap sebelah bahu Lasmi. "Ayok duduk dulu."

Lasmi menurut. Ia duduk, berhadapan dengan bunda. Terjadi kontak mata antara anak dan ibu ini. Bunda memegang kedua bahu Lasmi. "Kamu kenapa? Coba cerita sama bunda ada apa? Jangan buat bunda khawatir, bunda sayang kamu. Bunda gak mau kamu kenapa-napa."

Pasangan Bobrok Tanpa StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang