CHAPTER 19 : CLASS 6.A

17.6K 2.7K 305
                                    

Author POV

*teng...teng...teng...teng...*
Lonceng dimulainya jam pembelajaran telah berbunyi. Semua murid telah masuk ke kelasnya dan menunggu pengajar mereka memasuki ruangan.

Tapi, hari ini kelas 6.A yang biasanya tenang, damai, dan santai saat menunggu pengajar mereka datang, pagi ini malah ribut dan rusuh.

*mur...mur...mur...*
"Apakah kalian dengar, dia akan masuk ke kelas kita?"
"Iya, astaga..."
"Ck, kenapa harus di sini, sih?"

Semuanya saling mengeluarkan keluh-kesah terhadap murid yang akan masuk ke kelas mereka. Namun, masih ada orang yang tetap tenang dan diam seolah tidak peduli dengan yang mereka bicarakan.

*tap...tap...tap...*
Semuanya kemudian diam dan duduk ke tempat masing-masing saat mendengar langkah kaki mulai menuju ruangan mereka.

"Selamat pagi, semuanya." sapa Wali Kelas mereka, Oscar Lanston, yang masuk ke kelas 6.A.

"Selamat pagi, pak." jawab mereka serempak.

"Semuanya...hari ini akan ada murid yang akan masuk dan menambah panjang daftar nama murid di kelas 6.A ini. Silahkan masuk."

Seorang murid bersurai hitam panjang, mata merah menyala, dengan sebuah anting permata merah di telinga sebelah kanannya yang berkilau. Sungguh cantik. Namun bukan senyum selamat datang yang menyambutnya, semua orang juga gurunya itu malah menunjukkan ketidaksukaan di wajah mereka, kecuali dua orang yang dari awal biasa saja.

"Nah, bisakah kamu memperkenalkan dirimu?" pinta walas tersebut dengan wajah yang agak jenuh.

'Apa? Haruskah? Lagipula itu tidak perlu dan tidak ada yang peduli.' bathin sang siswi itu dengan wajah dinginnya.

"Selamat pagi. Nama saya Irene Von Livtchefort. Mulai hari ini saya akan menjadi murid kelas 6.A. Mohon kerja samanya dan... jangan pernah mengganggu saya. Sekian, senang bertemu kalian semua." ucap Irene datar.

"Hmm...haha...baiklah kamu bisa duduk di belakang sana." ucap Tuan Lanston tertawa canggung memecahkan suasana tegang itu dan menunjukkan tempat duduk untuk Irene.

Irene pun melangkah menuju tempat duduknya di sudut belakang sisi kanan dinding ruangan, di mana sebelah kanannya adalah jendela kaca dan di kirinya hanya ada bangku kosong tanpa penghuni. Bahkan orang yang berada di depannya berada sedikit menjauh. Semua orang menatap Irene dengan mata sinis. Namun, Irene tak peduli. Karena yang ia pedulikan adalah tatapan seseorang yang bersinar itu.

'Kenapa dia menatapku dan tersenyum padaku? Singkirkan pandanganmu pada Putra Mahko...ya Tuhan! Berhentilah dan jauhkan tatapan kalian itu?!!' keluh Irene dalam hati pada dua kunci kemalangannya itu yang sama-sama menatapnya panjang.

Setelah Irene duduk dengan wajahnya yang berusaha datar, pembelajaran pertamanya di tempat itu pun akhirnya dimulai.

Ya...saat ini Irene berada di kelas 6.A, yang artinya Irene berada sekelas dengan Putra Mahkota dan Cecillia. Irene sungguh tak senang dengan keputusan itu.

Flash Back On

"Nona Irene Von Livtchefort..." ucap Kepala Academy, Tuan Hubberg Prinson.

I WAS BORN TO BE ALONE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang