"Akh...argh..."
Benda-benda di meja kecil itu berjatuhan saat gadis itu merintih kesakitan saat mencari botol obatnya. Lalu gadis itu beranjak mengambil segelas air di dekat meja rias dan dia meminum tiga pil putih keabuan itu sekaligus. Lalu gadis itu menatap cermin dan melihat wajahnya tampak sangat pucat dan lebih membuatnya tercekat adalah mata merah dengan pupil hitam panjang yang lagi-lagi muncul pada matanya.
"Hah...lagi?"
Benar, ini sudah cukup sering terjadi, gadis itu, Irene, mulai sadar dengan keanehannya itu semenjak ikut perang. Sudah hampir satu bulan ia pulang dari perang. Dan setelah kejadian di mana ia lepas kendali tanpa ia sadari saat dalam perang itu, ia tak sengaja melihat matanya berubah dari pantulan darah para musuh yang menggenang dihadapannya. Mata merah yang bersinar dan pupil panjang itu membuatnya terkejut. Dan setelah kejadian itu, hampir setiap malam ia mengalami rasa sakit di seluruh tubuhnya dan pupil matanya juga berubah.
Ia sudah mencari tau tentang hal ini, tapi tak ada yang tau. Bahkan Sri Olyn hanya diam. Tapulu bagaimana pun, Irene tau kalau orang itu sengaja menyembunyikan sesuatu tentang ini. Jadi Irene putuskan untuk mencari taunya sendiri.
Sekarang rasa sakit sangat menusuk jantungnya dan ia pun terbatuk mengeluarkan darah. "Haha... Apakah aku akan segera mati?" Hanya itulah yang selalu ia katakan saat setiap malamnya ia di selimuti oleh rasa sakit yang teramat sangat.
"Tidak, aku...tidak akan mati sampai semuanya selesai."
.
.
.Pagi harinya, Irene kembali ke kelasnya seperti biasa. Tak ada wajah kusut dan menyakitkan seperti setiap malam. Ia tak ingin memperlihatkan kelemahan itu di hadapan orang lain. Lagipula, tak akan ada yang peduli jika dia sungguh mati nantinya.
Lalu tanpa ia sadari, ketiga pasang mata itu menatap gadis yang berada jauh di belakang mereka dengan pandangan sangat dalam. Rasa penasaran dan khawatir mereka tutupi dengan keterdiaman mereka. "Sampai kapan kau akan menghadapi semuanya sendiri?" pikir salah satunya.
Lalu hingga bel pulang telah berbunyi dan gadis yang semenjak awal hanya duduk berdiam diri sendirian di sudut paling belakang itu akhirnya beranjak pergi. Lalu setibanya di lorong yang sepi, sebuah tangan menahan pergelangan tangannya dan menariknya ke hadapan sang pelaku.
"Sampai kapan kau akan begini, Irene?" tanya remaja laki-laki yang menatapnya dalam-dalam itu. Namun Irene hanya diam dan mencoba melepaskan pergelangan tangannya dari cekalan laki-laki itu.
"Apa kau akan menyembunyikan semuanya dari kami, Evander?" Sontak Irene membelalakan mata namun ia segera tersenyum sinis karena ia tau alasan orang itu telah mengetahui identitasnya yang lain.
Irene menatap dingin laki-laki itu. "Memangnya apa yang akan Anda lakukan, Yang Mulia?" ucap Irene kepada laki-laki itu yang tak lain adalah Velix.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WAS BORN TO BE ALONE [END]
Fantasy[Terbit ✔ Link shopee ada di bio] Menuju akhir dari balas dendam... (Revisi lanjutan di ver. novel ya...😁) Terlahir dari "Wanita Jahat" dan memiliki dark magic, mereka pun memanggilku Iblis. Dibenci, dijauhi, dibuang, dan diasingkan, itulah yang me...