▪ Author POV
'Aku muak.'
"...Apa lagi yang kau mau... Sophie?"Sophie yang sudah beberapa saat tak muncul di hadapan Irene, saat ini kembali menampakkan wajahnya. Bukannya senang, malah kemuakkan yang dirasakan Irene.
Setelah ucapan ketus dari Irene, senyum yang dibenci Irene itu masih terpampang di wajah Sophie.
"Aku? Aku tak mau apapun Kakak. Aku hanya ingin memastikan kebenaran sesuatu tentang Kakak." ujar manja Sophie.
Namun, Irene diam dan hanya membalasnya dengan tatapan datar.
"Sebenarnya, aku mendengar Kakak telah curang dalam test sehingga selalu di peringkat yang pertama. Dan juga, salah satu siswa ada yang menemukan bukti yang menunjukkan bahwa itu kamu, Kakak."
"Memangnya siapa yang mendapat bukti itu?" tanya Irene mencoba sabar.
"Itu, dia tak mau disebutkan karena dia takut Kakak akan mengancamnya."
"Heh, pengecut. Lalu, apa buktinya?" tanya Irene kesal.
"Itu..."
Lalu, dua orang teman Sophie menunjukkan sebuah batu rekaman. Batu itu kemudian menyala dan memperlihatkan sebuah rekaman di ruang arsip academy. Ruangan itu gelap dan sepi, tak ada siapapun di sana. Namun tak lama seseorang masuk diam-diam yang terlihat seperti gadis. Gadis itu tampak meneliti ruangan itu dan setelah itu aura hitam memenuhi ruangan itu. Kertas-kertas berhamburan dan menghilang. Lalu, gadis itu mengeluarkan aura hitamnya lagi dan membuat sebuah kertas dan menyusunnya lagi, tepat ke tempat rak-rak dokumen tentang test diletakkan. Kemudian, gadis itu menghilang dari dalam sana tanpa meninggalkan tanda dan bahkan wajahnya tak terlihat karena gelap.
"Itulah bukti yang dia temukan, kakak."
"Hoh, lalu dari mana kalian menyebut itu aku?" ujar Irene datar.
"Itu karena hanya kau yang punya aura hitam yang seperti itu di sini." ujar salah satu siswa di antara mereka.
"Haah...Ck, kalian sungguh membuatku muak, ya. Aku sudah bilangkan. Aku.benci.fitnah." ucap Irene menekan.
Mereka hanya diam dan menatap tajam Irene. Lalu, sebuah ide muncul di kepala Irene.
"Karena kalian pastinya takkan menerima kebenaran seperti ini, baiklah, mari kita lakukan ini." ucap Irene.
"Mari kita bertanding." sambungnya kemudian dengan seringai tajam.
"Apa yang ingin kamu lakukan Irene?" tanya Cecillia khawatir.
"Ya, mari lawan aku, dan lihat bagaimana aku sebenarnya." ujar Irene.
"Baiklah, mari kita lakukan seperti yang Anda bilang, Nona Irene." ucap seseorang dari belakang mereka.
"K-kepala sekolah?!"
"Ya, besok kita adakan pertandingan antara Anda dan juga murid-murid yang tidak terima dengan peringkat Anda." ujar kepala sekolah mereka, Tuan Moryna.
"Hmmh, tentu. Jadi, sampai jumpa esok, semuanya." ujar Irene dan segera menggandeng Cecillia pergi dan diikuti oleh Velix dan juga Ryan.
Sementara itu, Sophie diam dan juga berbalik pergi dengan wajah geram dan tiba-tiba menyeringai yang entah apa yang tengah ia pikir dan rasakan.
.
.
."Ayo mulai."
Ya, saat ini pertandingan Irene melawan siswa yang sebwlumnya ta terima dengan peringkat pertamanya akan bertanding.
KAMU SEDANG MEMBACA
I WAS BORN TO BE ALONE [END]
Fantasy[Terbit ✔ Link shopee ada di bio] Menuju akhir dari balas dendam... (Revisi lanjutan di ver. novel ya...😁) Terlahir dari "Wanita Jahat" dan memiliki dark magic, mereka pun memanggilku Iblis. Dibenci, dijauhi, dibuang, dan diasingkan, itulah yang me...